Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SOLIDARITAS warga dan gotong-royong dianggap sebagai modal besar Indonesia dalam menghadapi masa krisis akibat pandemi covid-19. Namun, hingga saat ini, mayoritas bentuk solidaritas masih bersifat spontan. Mulai dari pemberian bantuan bagi masyarakat, tenaga medis, atau upaya sosialisasi pencegahan penyebaran covid-19.
Ketua Policy Center ILUNI UI Jibriel Aviessina mengatakan pemerintah perlu mendapat kepercayaan publik dalam menghadapi pandemi covid-19, yang salah satunya, dapat dilakukan dengan transparansi data.
Selain itu, pentingnya memberdayakan solidaritas rakyat melalui gotong-royong yang sebelumnya bergerak secara spontan dan sukarela menjadi terorganisir di bawah kepemimpinan kolaboratif yang melibatkan segenap pemangku kepentingan.
Baca juga: Mensos Minta Pemda Segera Penuhi Kekurangan Data Penerima Bansos
Kombinasi dari solidaritas sosial dan kepemimpinan kolaboratif perlu hadir untuk menangani pandemi covid-19. Dengan begitu, segala bentuk bantuan yang diberikan berbagai pihak baik masyarakat individu atau perusahaan dapat lebih terarah dan tepat sasaran.
“Solidaritas sosial di masyarakat sangat banyak dan masif tapi sayangnya masih spontan dan belum terarah dengan baik. Harus lebih tersusun. Harus ada desainnya agar bisa terarah dan terencana. Pemerintah bisa membantu membuat desainnya. Harus ada konsolidasi untuk memaksimalkan potensi yang ada, harus ada templatenya,” ujar Jibriel, dalam diskusi virtual berjudul Kertas Kerja Policy Center Ikatan Alumni Universitas Indonesia: Rekomendasi Kebijakan Penanganan Wabah Covid-19 di Indonesia, Sabtu (9/5).
Jibriel mengatakan, ia melihat penaganan covid-19 belum terintegrasi secara utuh praktiknya di lapangan dengan baik. Ada inisiatif baik dari masyarakat di lapangan tapi sifatnya spontan. Sementara dari pemerintah belum cukup efektif.
“Penerapan di lapangan antara pemerintah pusat dan daerah juga belum sinkron,” ujarnya.
Jibriel mengatakan Indonesia bukan negara besar yang memiliki fasilitas kesehatan maksimal. Karena itu, setiap potensi yang ada harus sangat dimanfaatkan dengan baik untuk menanggulangi krisis. Termasuk potensi solidaritas dari masyarakat. (OL-1)
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved