Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
IMUNISASI atau pemberian vaksin pada anak harus tetap berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan penularan virus korona baru (covid-19). Satu bulan ialah waktu maksimal penundaan imunisasi.
Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Fita Wirastuti menyampaikan hal itu, terkait dengan pelaksanaan Pekan Imunisasi Sedunia yang berlangsung pada pekan ke-4 April. "Imunisasi dasar wajib tetap dikerjakan," kata Fita dalam pernyataan tertulisnya, kemarin.
Untuk menghindari penularan covid-19 pada anak, para orangtua dapat terlebih dahulu membuat perjanjian dengan rumah sakit. Dengan pengaturan waktu yang telah dijadwalkan diharapkan bisa memotong waktu tunggu. Imunisasi merupakan salah satu upaya meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melindungi diri dari sejumlah penyakit penyakit berbahaya.
Mulai difteri, pertusis, polio, campak, rubela, cacar air, pneumonia oleh HIB dan pneumokokus, hepatitis A, hepatitis B, tifoid, serta meningitis. Jika cakupan imunisasi lebih dari 90%, kata Fita, kondisi itu baru bisa membentuk kekebalan komunitas (herd immunity).
Apabila cakupannya di bawah itu akan sulit terbentuk. Sebelumnya, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah merekomendasikan adanya ruang khusus imunisasi dengan memperhatikan jarak fisik, menggunakan masker, imunisasi dengan perjanjian waktu, dan pemeriksaan mendalam di tahap awal.
Tidak hanya meliputi pengukuran suhu tubuh, tetapi juga pemeriksaan gejala sakit, seperti batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan sesak napas. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, saat ini masih ada 13 juta anak seluruh dunia yang terlewat dari vaksinasi dan angkanya diperkirakan terus meningat karena pandemi covid-19. (Aiw/AT/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved