Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Wujudkan Bumi Berketahanan

Ferdian Ananda Majni
23/4/2020 05:35
Wujudkan Bumi Berketahanan
Tim Ranger Konservasi PT Royal Lestari Utama (RLU) mengumpulkan biji tanaman langka dari dalam hutan untuk disemaikan di area pembibitan.(DOK RLU)

SITUASI pandemi covid-19 yang tengah melanda dunia saat ini bisa dijadikan momentum setiap negara untuk mewujudkan bumi berketahanan dari perubahan iklim.

“Indonesia perlu meningkatkan upaya mengintegrasikan pemikiran, rencana, dan tindakan untuk membangun ketahanan ekonomi, sosial, sumber kehidupan, serta ketahanan ekosistem dan lingkungan,” kata Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ruandha Agung, terkait dengan peringatan Hari Bumi melalui konferensi video di Jakarta, kemarin.

Pemerintah, menurut dia, bisa mewujudkan bumi yang berketahanan dari perubahan iklim melalui pembangunan rendah karbon, meningkatkan aksi mitigasi, dan adaptasi. Indonesia telah memiliki komitmen internasional melalui Nationally Determined Contribution (NDC) dengan upaya menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% atau 41% dengan dukungan mitra internasional. Dari angka 29% tersebut, sebanyak 17,2% diupayakan melalui sektor kehutanan dan terbesar kedua, yaitu energi sebesar 11%.

Secara umum, ia mengatakan peringatan Hari Bumi 2020 sejalan dengan diskusi bertajuk Bumi Hari ini, Bumi Esok Hari memiliki makna manusia menuju tatanan baru melalui climate action dapat menginformasikan strategi dan implementasi pengelolaan perubahan iklim.

Pada peringatan Hari Bumi, kemarin, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan negara-negara di dunia untuk bertindak tegas melindungi planet Bumi dari krisis virus korona dan ancaman eksistensial dari gangguan iklim.

Guterres menyebut pandemi covid-19 merupakan ujian terbesar yang dihadapi dunia sejak Perang Dunia II. “Kita harus bekerja sama  menyelamatkan hidup, meringankan penderitaan, serta mengurangi konsekuensi ekonomi dan sosial yang hancur. Dampak virus korona ini langsung dan mengerikan,” ujar dia.

Dunia, imbuhnya, juga perlu mengubah pemulihan menjadi peluang nyata untuk melakukan hal-hal yang benar untuk masa depan. Guterres mengusulkan enam tindakan terkait dengan iklim untuk membentuk pemulihan dan pekerjaan di masa depan. Salah satu usulan itu, yakni ketika negara di dunia menghabiskan banyak uang untuk pulih dari virus korona, mereka harus memberikan pekerjaan dan bisnis baru melalui transisi yang bersih dan hijau.

Fase krisis

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) juga menggarisbawahi bahwa pandemi covid-19 yang menyebabkan kepanikan dunia seharusnya menyadarkan manusia sedang hidup dalam fase krisis.

Direktur Eksekutif Nasional Walhi Nur Hidayati dalam pernyataannya menyambut Hari Bumi, kemarin, mengatakan krisis saat ini lebih besar jika dibandingkan dengan krisis multidimensi yang sebelumnya disebutkan Walhi pada Januari 2020. Kali ini terjadi lebih luas, tidak sekadar di semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi mewarnai kehidupan umat di muka bumi.

“Salah urus negara, salah urus planet Bumi menyadarkan kita bahwa Bumi yang kita huni tidak lagi aman. Ia tidak lagi mampu menahan beban kerusakan lingkungan hidup akibat praktik rakus investasi,” ujar Hidayati. (Ant/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya