Sosialisasi KB Butuh Peran Para Ulama

Cornelius Eko Susanto
22/2/2016 21:47
Sosialisasi KB Butuh Peran Para Ulama
(ANTARA/IRWANSYAH PUTRA)

ANGGOTA Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Hasyim Muzadi menyarankan agar sosialisasi program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dengan menggandeng para tokoh agama. Tanpa dukungan mereka, niscaya sulit materi program KB bisa diterima umat.

"Dahulu program KB berhasil karena mendapat dukungan semua pihak khususnya para tokoh agama,” sebut Hasyim saat menerima kedatangan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty, di Jakarta, Senin (22/2)

Dukungan para tokoh agama, salah satunya adalah para ulama dan pesantren-pesantren, terbukti dahsyat. Selain penjelasan mereka lebih bisa diterima umat, di sisi lain, mereka juga bisa menepis isu-isu miring yang disebarkan orang-orang terkait program pengendalian penduduk tersebut.

Sebagai mantan ketua PBNU, Hasyim menegaskan bahwa, para ulama dalam Muktamar NU mendukung program KB. Pasalnya, mengatur jumlah kelahiran demi kesehatan ibu anak, kesejahteraan, pendidikan hingga untuk menjaga kecantikan istri itu dibenarkan.

Berkaca dari komitmen para ulama tersebut, seyogianya pihak BKKBN menindaklanjutinya dengan menjalin perjanjian kerja sama dengan organisasi-organisasi keagamaan NU dan organisasi keagamaan lainya.

Kerjasama itu bisa dilakukan dengan membuat pelatihan-pelatihan, membentuk dan mensosialisasikan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) di lingkungan pesantren maupun sekolah Islam dibawah naungan PBNU, dan sebagainya.

Kesediaan Watimpres memfasilitasi hubungan BKKBN dengan para ulama diapresiasi oleh Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN Wendy Hartanto. Menurutnya, para ulama di era lalu memang sangat memahami pentingnya program KB bagi kesejahteraan umat.

Namun, sikap berbeda ditunjukan oleh sebagian ulama muda. "Mereka seolah-olah malah menjadi provokator menolak program KB," sebut Wendy.

Hasil riset menyebutkan bahwa, dari 3 ribuan remaja usia 17-24 tahun yang diambil menjadi responden, sebanyak 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Sedangkan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya