Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Edukasi Masyarakat Perlu Digencarkan

Ferdian Ananda Majni
30/3/2020 00:40
Edukasi Masyarakat Perlu Digencarkan
Isu virus korona di Indonesia.(Sumber: Indobarometer/NRC)

SATU peristiwa besar yang dampaknya masih dirasakan saat ini ialah fenomena virus korona (covid–19) di Tanah Air. Puslitbangdiklat RRI dan Indo Barometer (IB) telah melakukan survei untuk memotret persepsi publik terhadap fenomena ini dikaitkan dengan pemberitaan yang ada di media massa.

Peneliti Indo Barometer Asep Saifuddin menjelaskan survei jurnalisme presisi pada Maret 2020 kali ini mencoba memotret persepsi dan opini publik tentang isu korona di Indonesia. “Misal persepsi tentang kekhawatiran publik dalam melihat penyebaran virus korona, tata cara pencegahannya, kesadaran publik dalam mencegah penyebaran virus, serta penilaian publik terhadap kinerja pemerintah dalam mencegah penyebaran covid-19,” kata Asep.

Hasilnya secara umum publik yang mengetahui berita tentang covid–19 di Indonesia sangat tinggi (97,5%). Mayoritas publik 68% khawatir dengan covid-19. Sisanya, sebanyak 32% publik, tidak khawatir. Kemudian mayoritas mengaku sudah paham 78,7% tata cara pencegahan covid-19 dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Asep, hal itu patut disyukuri karena sebenarnya mayoritas 56,3% publik mengatakan tidak ada anjuran dari pihak pemerintah (dinas kesehatan) untuk mencegah penyebaran covid -19 di Indonesia. “Yang mengatakan ada anjuran berjumlah 43,7%,” sebutnya.

Dia menambahkan, mayori­tas 64,3% yakin dengan kemampuan pemerintah dalam mengatasi masalah covid– 19. Yang tidak yakin 35,7%. Namun, yang menarik ialah ketika ditanya siapa yang mempunyai peran paling besar mengatasi covid-19. “Jawaban tertinggi ialah masyarakat itu sendiri, 58,8%,” imbuhnya.

Dari temuan survei itu dihasilkan rekomendasi kebijakan untuk para stakeholders seperti pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat mengingat masih cukup banyak masyarakat (21,2%) yang belum paham mengenai pencegahan penyebaran covid-19.

“Temuan ini mengindikasikan masih perlunya tindakan pemerintah untuk membuat iklan layanan masyarakat tentang tata cara pencegahan covid-19, khususnya oleh Kementerian Kesehatan,” papar­nya. Apalagi lebih dari separuh responden yang mencapai 56,3% menilai belum ada anjuran pihak pemerintah atau dinas kesehatan untuk mencegah covid-19.

Dia menambahkan, jika dilihat dari jawaban responden tentang tata cara pencegahan covid-19, langkah membatasi kontak dengan kerumunan/penderita batuk/demam menduduki peringkat ke-3 dengan persentase jawaban 19.6%.

Pencerahan

Temuan dalam survei itu kiranya punya implikasi penting bahwa dalam iklan layanan masyarakat, Kementerian Kesehatan seyogianya meletakkan poin social distancing atau kini disebut physical distancing pada peringkat satu. “Atau dibuat iklan tersendiri, frekuensi tayangnya lebih besar, meng­ingat social distancing ialah kunci memutus mata rantai infeksi covid-19,” paparnya.

Dalam mengatasi covid–19, mayoritas responden, 58,8%, menjawab masyarakat itu sendiri yang paling berperan. Hal ini menunjukkan pemerintah perlu melibatkan dan memaksimalkan peran masyarakat dalam upaya mengatasi covid-19. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya