Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MANUSIA mini yang punah di sebuah pulau di Indonesia pada 15 ribu tahun yang lalu ternyata bukan Homo sapiens melainkan spesies berbeda. Hal itu terungkap dalam sebuah penelitian terbaru yang dirilis Senin (15/2).
Fosil Homo floresiensis atau yang disebut hobbit karena ukuran mereka yang kecil ditemukan di Pulau Flores pada 2003.
Kontroversi terjadi terkait fosil tersebut sejak ditemukan terkait apakah mereka adalah percabangan dari manusia awal atau spesimen dari manusia modern yang mengalami deformitas karena penyakit.
Penelitian terbaru yang menganalisa tulang tengkorak Homo floresiensis menemukan bahwa manusia kerdil itu tidak masuk dalam spesies Homo sapiens.
Sebelumnya, sejumlah ilmuwan menduga bahwa Manusia Flores itu merupakan keturunan dari Homo erectus yang mengecil setelah ratusan generasi.
Teori itu disebut insular dwarfing dimana binatang setelah melakukan migrasi melalui jembatan darat pada periode laut mendangkal kemudian terjebak di pulau-pulau saat air laut kembali naik. Ukuran mereka kemudian mengecil karena persediaan makanan juga menyusut.
Homo floresiensis dewasa memiliki tinggi badan satu meter dan berat badan sekitar 25 kilogram
Teori lain menyebut para hobbit itu adalah manusia moden yang ukuran badan dan otaknya mengecil karena kelainan genetis. Mereka menduga hal itu karena dwarfisme atau microcephaly.
Dalam penelitian terbaru yang melakukan pendekatan berbeda, dua ilmuwan asal Prancis dengan menggunakan alat-alat canggih memeriksa otak Homo floresiensis. Penelitian mereka diterbitkan dalam Journal of Human Evolution.
Tengkorak yang mereka teliti adalah milik Liang Bua 1 (LB1) yang kraniumnya paling utuh dibanding sembilan spesimen lainnya.
"Sejauh ini, kita mendasarkan kesimpulan kita dari gambar dimana Anda tidak bisa melihat dengan jelas," ujar peneliti Antoine Balzeau, ilmuwan dari Natrual History Museum Prancis.
Balzeau melakukan penelitiannya bersama Philippe Charlier, paleopatologis dari Paris-Descartes University.
Keduanya memeriksa gambar resolusi tinggi yang dibuat di Jepang untuk memetakan variasi ketebalan tulang.
"Ada banyak informasi yang terdapat dalam lapisan tulang di tengkorak," kata Balzeau.
Hasilnya, imbuh Balzeau, tidak ada karakteristik Homo Sapies di tengkorak Homo floresiensis. (AFP/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved