Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
UNIVERSITAS Indonesia (UI) mengukuhkan dua guru besar untuk Fakultas Kedokteran (FKUI). Keduanya ialah Profesor Dr dr Achmad Fauzi Kamal, SpOT(K) dengan kepakaran ortopedi dan Profesor dr Chaidir Arif Mochtar, SpU(K), PhD di bidang urologi.
Upacara pengukuhan guru besar tetap FKUI itu dipimpin Rektor UI, Profesor Ari Kuncoro, SE, MA, PhD di Aula lMERl FKUl Kampus Salemba, Jakarta, kemarin. Pada kesempatan itu, Fauzi menyampaikan pidato ilmiah berjudul Limb Salvage Surgery untuk Meningkatkan Fungsi Ekstremitas dan Psikologis Pasien Osteosarkoma pada Era Jaminan Kesehatan Nasional.
Osteosarkoma, terang Fauzi, ialah tumor ganas tulang primer nonhemopoelik yang paling sering ditemukan. Sebagai informasi, Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo telah menangani 219 pasien osteosarkoma selama 13 tahun (1995-2007) atau rata-rata sebanyak 17 pasien per tahun.
Menurutnya, hingga kini penyebab osteosarkoma belum diketahui. “Faktor genetik dan riwayat keluarga penderita osteosarkoma memiliki peranan terhadap timbulnya penyakit ini,” urainya.
Fauzi melanjutkan, masa Jamkesmas (2008-2014) dan JKN BJPS Kesehatan (2014 hingga sekarang) menjadi era yang luar biasa bagi pasien osteosarkoma. Pasalnya, pasien mendapatkan kemudahan dalam konsultasi, pemeriksaan laboratorium, radiologi, kemoterapi, dan LSS.
Sementara itu, Chaidir menyampaikan pidato ilmiah berjudul Perkembangan Pembedahan Minimal Invasif dalam Bidang Urologi di Indonesia: Tantangan dan Kesempatan pada Era Revolusi Industri 4.0. Dia memaprkan, teknik bedah terbuka dalam bidang urologi yang memiliki banyak kekurangan mulai digantikan dengan teknik pembedahan minimal invasif, yakni laparoskopi.
Namun, kata Chaidir, laparoskopi memiliki kurva pembelajaran yang lebih landai dan panjang dan selama waktu pembelajaran berbagai komplikasi dapat terjadi.
“Untuk mengatasi hal itu, dikembangkanlah teknik bedah robotik yang tidak hanya dapat meniru gerakan tangan operator, tetapi juga memiliki banyak keuntungan lainnya, seperti menurunkan nyeri pascaoperasi, menurunkan lama waktu rawat pascaoperasi, dan menurunkan risiko infeksi,” pungkasnya. (Ifa/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved