Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ELEMEN kedua dalam memahami ekosistem misinformasi dan disinformasi, menurut Shaydanay, adalah motivasi pembuat konten.
"Motivasi dalam membuat hoaks bisa bermacam-macam, ada yang tidak disengaja karena kesalahan jurnalistik dan ada yang disengaja karena berbagai maksud tertentu," ujarnya seperti dilaporkan jurnalis Metro TV, Zilvia Iskandar, dari Amerika Serikat.
Selain itu, elemen ketiga, cara konten disebarluaskan.
"Hoaks disebarkan melalui berbagai mekanisme penyebaran dari yang sederhana sampai rumit," ungkapnya.
Cara penyebarluasan konten, kata Shaydanay, yaitu pertama, hoaks disebarkan secara tidak sadar oleh pengguna media sosial karena asal dan tidak mengecek isi konten terlebih dahulu.
Kedua, lanjutnya, hoaks disebarkan oleh jurnalis yang berada di bawah tekanan tinggi untuk bisa dengan cepat membuat banyak konten di media sosial. Ketiga, hoaks disebarkan oleh kelompok-kelompok yang terkoneksi untuk memengaruhi pendapat publik. Keempat, hoaks disebarkan oleh akun bot dan pabrik hoaks (troll factory) sebagai bagian dari strategi kampanye.
Poin kedua bisa jadi akan menjebak jurnalis ke dalam hoaks. Nah, untuk membantu kerja jurnalis di era digital dan post-truth ini, peserta IVLP bertemu dengan Andy Carvin, jurnalis yang juga Senior Fellow di Digital Forensic Research Lab (DFRLab), Washington DC.
Baca juga: Awas, Ada Tujuh Jenis Hoaks
Andy menjelaskan bahwa di era digital ini, banyak informasi yang bisa dicek kebenarannya dengan menggunakan sumber terbuka (open source) yang tersedia untuk publik. Andy mencontohkan penggunaan reverse image search untuk menemukan sumber sebuah foto.
Melalui https://images.google.com/ misalnya, kita bisa mencari foto-foto pembanding dengan cara mengunggah foto yang kita miliki. Biasanya cara ini dilakukan untuk mengetahui benarkah foto tersebut diambil di lokasi A, benarkah foto tersebut diambil pada tanggal sekian, benarkah foto tersebut adalah foto si B, dan benarkah foto tersebut menggambarkan peristiwa C.
Meski bisa memanfaatkan berbagai fitur teknologi, adakalanya partisipasi publik menjadi kunci. Dalam beberapa kasus, Andy melibatkan partisipasi publik untuk mengecek fakta. Pernah suatu kali DFRLab tempat Andy bekerja, menerima foto yang diklaim berasal dari lokasi perang.
Namun karena kebenaran foto itu sulit dikonfirmasi, Andy mengunggah foto itu di media sosial dan meminta bantuan warganet untuk memberikan informasi apapun yang mereka ketahui tentang foto itu.
"Anda akan terkejut mengetahui begitu banyak informasi yang bisa didapatkan dari publik. Bahkan seorang anak berumur 11 tahun yang hobi mempelajari seluk-beluk militer pun bisa menjadi informan berharga," ungkap Andy. (Bersambung....) (Ade Alawi/OL-1)
Aksi damai dilakukan para jurnalis dari berbagai organisasi profesi di depan Balai Kota dan Gedung DPRD
Tiga jurnalis yang biasa bertugas meliput tim nasional Italia dites positif COVID-19 pada Jumat (9/7), dua hari sebelum Gli Azzurri melakoni final Euro 2020 melawan Inggris.
Klub geram karena mereka membuat berita terkait kondisi ruang ganti yang tidak lagi harmonis. Manajemen merasa kesal karena berita tersebut disiarkan tanpa memberikan kesempatan menanggapi.
JURNALIS Media Indonesia, Akmal Fauzi, meraih penghargaan Lomba Karya Tulis Jurnalistik BRI Liga 1 2023/2024.
Jumlah kekerasan terhadap jurnalis atau media bergerak fluktuatif. Angka tertinggi berada di 2016 dengan jumlah kasus 81, sedangkan angka terendah ada pada 2019 dengan jumlah kasus 26.
Sejak kali pertama dirilis pada 2016, IKP Indonesia terus bergerak naik. Hal tersebut menandakan bahwa kemerdekaan pers di Tanah Air kian membaik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved