Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
DITENGAH derasnya kemajuan teknologi upaya menumbuhkan minat terhadap kebudayaan di negeri sendiri memerlukan wadah untuk berkompetisi dalam karya.
Diantaranya, dalam bentuk film dokumenter sebagai informasi kepada khalayak guna mengenal lebih dekat kebudayaan yang dimiliki.
Terkait itu, Festival Dokumenter Budi Luhur (FDBL) merupakan ajang kompetisi yang mempunyai visi menjadi Audio Visual Library untuk Kearifan Lokal Nusantara.
Acara itu digelar Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur (UBL) yang dikelola Budi Luhur TV.
Memasuki tahun ke-6, Festival Dokumenter Budi Luhur atau FDBL secara konsisten mengusung tema “Kearifan lokal” dengan subtema Lingkungan dan Sosial.
FDBL bersegmentasi pelajar SMA/SMK, mahasiswa, masyarakat umum, dan komunitas film. FDBL diharapkan dapat membuka luas pemikiran dokumentaris mengenai upaya keberlangsungan kearifan lokal dimasyarakat.
Baca juga : Universitas Budi Luhur Gelar Konferensi Internasional EECSI 2019
”Sejak digelar tahun 2014, FDBL masih konsisten dengan tema kearifan lokal, sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, ada satu kategori documenter berbudi luhur. Tentunya yang menjadi pemenang adalah film documenter yang memang mengandung nilai-nilai kebudiluhuran seperti cinta kasih, welas asih, tolong menolong, serta toleransi antar umat beragama. Diharapkan melalui film-film tersebut dapat menebarkan nilai-nilai kebudiluhuran pada masyarakat Indonesia,”kata Wendi Usino, Rektor UBL dalam puncak FDBL 2019, Kamis (19/12) malam melalui keterangan tertulis yang diterima hari ini.
Pada FDBL 2019 ini ada enam kategori, yakni Dokumenter Panjang, Dokumenter Pendek Kategori Umum, Dokumenter Pendek Kategori Pelajar, Dokumenter Pendek Kategori 60 second, Dokumenter Pendek Kategori Mahasiswa, dan Dokumenter Kebudiluhuran.
“Dibutuhkan daya tahan bercerita untuk membuat penonton tidak hilang konsentrasi saat menyaksikan even ini. Tentunya ada unsur dramatik dan sejenisnya yang mendukung keberhasilan sebuah film dokumenter. Kami mengalami perdebatan cukup panjang untuk menentukan siapa pemenang yang paling tepat”, kata Tony Trimarsanto, salah satu juri FDBL 2019 yang juga praktisi profesional film documenter.
Selain Tony Trimarsono, tampil para penjuri lainya R. Priadi Soefjanto, IGP Wiranegara, Gerzon Ayawaila, dan Sofia Setyorini.
Bagi peraih penghargaan FDBL 2019 selain mendapatkan uang penghargaan juga menerima beasiswa kuliah di UBL. Beasiswa untuk melanjutkan kuliah di jenjang S2 UBL, sedangkan para siswa SMA/SMK meraih beasiswa masuk ke UB. (RO/OL-7)
INSTITUSI pendidikan harus terus mendukung untuk tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) dengan berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan berbasis pada aksi nyata.
Setelah melewati babak penjurian yang sengit, keempat tim tersebut berhak mendapatkan pendanaan untuk menjalankan program pengabdian berdasarkan proposal mereka.
Di era transformasi digital yang menuntut adaptasi cepat dalam dunia pendidikan, kehadiran sistem pembelajaran yang fleksibel dan dapat diakses dari mana saja menjadi kebutuhan mendesak.
INDONESIA mencatat lonjakan peringkat perguruan tinggi dalam QS World University Ranking sebesar 46 persen tahun ini.
Dari total 17,9 juta penyandang disabilitas hanya 2,8%-nya yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) terus mempertegas komitmennya dalam mendukung transformasi digital di sektor pendidikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved