Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Unhas Gelar Wallacea Week 2019

Lina Herlina
27/11/2019 19:51
Unhas Gelar Wallacea Week 2019
Wallacea Week 2019(MI/Lina Herlina)

UNIVERSITAS Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) gelar Wallacea Week 2019, Rabu (27/11), dalam rangka menandai 150 tahun terbitnya buku The Malay Archipelago yang ditulis Alfred Russel Wallacea.

Acara kolaborasi Indonesia dengan Inggris itu mulai dari pameran dan panggung inspirasi, pertunjukan seni, pemutaran film dan
bincang-bincang dengan sejumlah tokoh yang cukup inspiratif.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timur Leste Owen Jenkins mengaku sangat senang, karena Wallacea Week adalah kerjasama yang menunjukkan kolaborasi pemerintah Inggris dan Indonesia diberbagai bidang.

"Khususnya di bidang penelitian, ilmu pengetahuan, karena kalau melihat ke belakang Alfred Russel Wallace ini dengan indonesia, kita berusaha mengajak publik untuk membicarakan sains melalui berbagai acara," kata Jenkins.

Sedangkan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengemukakan Wallacea masuk sebagai gelombang kedua ilmuan yang tertarik pada sains di Nusantara.

Ia menceritakan, jika dimasanya Wallacea sebelum menemukan banyak hal, ia tidak jalan sendiri, dia selalu dibantu banyak orang lokal untuk mengumpulkan informasi dan menyimpulkannya pengetahuan di nusantara.

"Pada masa Wallace memang sosok yang penting. Dia kolekter unggul, ia mengumpulkan sekitar 125.660 spesimen sejarah alam, kemudian memberi nama 307 di antaranya, dan setidaknya 250 spesies diberi nama mengambil inspirasi dari nama Wallace," jelasnya.

Hilmar pun mengingatkan bahwa ada pelajaran paling penting dari Wallacea. Yaitu merawat seluruh himpunann pengetahuan yang
dikumpulkannya.

Sementara itu, guru besar Unhas Djamaluddin Jompa melihat, pada masanya dahulu, dengan teknologi sangat terbatas, Wallacea bisa menemukan garis yang kini dikenal dengan garis yang bisa membuat garis barat dan timur dan bisa membaginya dua bagian.

"Inilah yang mendasari kemudian biodeversity ini tidak perlu diragukan. Ini bukan politik, ini sains yang telah membuktikan dan seluruh dunia
telah bersepakat, bahwa kawasan Wallacea ini sangat kaya," kata Djamaluddin.

Maka pertanyaan berikutnya, lanjut Djamaluddin, apa yang harus kita lakukan dengan kekayaan itu?

"Kita harus mentranslasi kekayaan ini. Menjadi sesuatu yang bermanfaat," lanjutnya. (OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya