Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
DISADARI atau tidak, anak seringkali menjadi korban jika terjadi konflik di antara pasangan. Mereka kerap menjadi sasaran frustasi, kecemasan dan rasa tidak aman orang tua.
Tidak berbeda dalam hal keuangan. Kehilangan pekerjaan, utang, kebiasaan berbelanja yang buruk, atau perceraian membuat anak kerap menanggung beban situasi keuangan keluarga. Perencana keuangan dan psikolog Brad Klontz menyebut masalah keuangan di antara orang dewasa sebagai inses keuangan atau enmeshment.
Inses keuangan atau keterlibatan keuangan
Ketika orang dewasa membebani atau terlalu mengekspos anak-anak pada masalah keuangan mereka untuk mengurangi stres mereka sendiri. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan berkaitan dengan keuangan dan kebiasaan finansial yang buruk pada anak.
Klontz menyebutkan sebuah studi dalam Journal of Financial Therapy pada 2012 mengungkapkan adanya “keterlibatan yang tidak anak dalam masalah keuangan orang tua, termasuk berbicara mengenai tekanan keuangan, dan menggunakan anak-anak sebagai pembawa pesan untuk menyampaikan pesan keuangan antara orang dewasa," katanya seperti dilansir dari Economic Times.
Ada beberapa hal yang membuat anak stres akibat masalah keuangan orang tua, yaitu:
Menyalahkan pasangan karena kekurangan uang, akibat kebiasaan pengeluaran yang buruk atau tidak ada pembayaran perawatan anak setelah perceraian.
Membuat anak bersalah atas upaya Anda untuk mendanai kebutuhannya, baik itu pendidikan atau hiburan.
Membagi stres kepada anak mengenai kehilangan pekerjaan atau kurangnya kenaikan pendapatan dan merasa lebih baik setelah melampiaskan pada anak
Menggunakan anak sebagai penyangga atas kegagalan Anda memenuhi kewajiban keuangan, seperti pembayaran tagihan, pinjaman atau sewa.
Menangguhkan uang saku anak atau membatasi pengeluarannya karena frustrasi mengenai pertengkaran finansial dengan pasangan.
Dampak inses keuangan pada anak
Bagaimana jika hal ini berlangsung terus menerus? "Apabila orang tua membebani anak dengan situasi yang tidak dapat ia kendalikan atau selesaikan, itu akan menyebabkan kebencian atau rasa bersalah," kata Direktur Layanan Investasi PeakAlpha Priya Sunder,
Ketika tidak menemukan solusi untuk mengubah keadaan, anak cenderung frustrasi dan mengarah ke kebiasaan keuangan yang ekstrem. Antara lain pengeluaran yang sembrono atau kikir. Anak juga dapat menjadi seorang yang workaholik atau menolak untuk memiliki pekerjaan tetap. Bahkan dapat memiliki kompatibilitas keuangan yang buruk dengan pasangannya nanti.
“Dampaknya mungkin tidak terlalu lama, kecuali jika anak itu mengalami perilaku yang berkelanjutan atau kekurangan uang,” tambah Sunder.
Trik membicarakan masalah keuangan pada anak
Idenya adalah bercakap-cakap dengan anak tanpa memperkenalkan hal-hal negatif, agresi atau menyalahkan. "Anak-anak sangat cerdas. Jika Anda menjelaskan situasinya, mereka akan segera mengerti," kata Sunder. Selama berdiskusi hindari menyalahkan anak dan tawarkan solusi menyelesaikan masalahnya. Itu akan menjadi solusi yang sama-sama melegakan bagi kedua pihak. (Medcom/OL-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved