Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KOMISI Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasifik di Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific/ESCAP) melaporkan bahwa selama dekade terakhir Indonesia diterjang bencana alam sebanyak 143 dari 1.625 bencana yang terjadi di wilayah Asia Pasifik dan terhitung sebanyak 10 juta orang terkena dampak dari bencana alam itu.
Sebanyak 13.300 dari setengah juta warga meninggal dunia disebabkan bencana alam di wilayah Asia Pasifik berasal dari Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara paling rawan bencana di Asia Pasifik karena terletak di sepanjang cincin api gunung berapi aktif. Karakteristik itu membuat bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, dan kekeringan kerap melanda Indonesia.
Direktur Divisi Pengurangan ICT dan Bencana Risiko ESCAP Shamika Sirimanne menambahkan, pembangunan berkelanjutan di Asia Pasifik untuk mengatasi risiko bencana harus menjadi perhatian semua pihak. "Karena Indonesia dan negara-negara lain di Asia Pasifik telah memulai agenda baru untuk pembangunan berkelanjutan. Sangat penting bagi negara-negara Asia Pasifik untuk mengatasi risiko bencana demi melindungi keuntungan pengembangan," ungkapnya.
Dalam Indonesia Disaster Outlook 2016, bertema Disasters without borders: regional resilience for sustainable development, yang diluncurkan di gedung perwakilan PBB, Jakarta, kemarin, diulas bahwa investasi dalam pengurangan risiko atas bencana terbukti efektif dari segi biaya.
Dalam laporan itu, teridentifikasi bahwa terdapat beberapa isu manajemen bencana yang diabaikan, seperti halnya isu infrastruktur, penempatan warga, kota, dan risiko ekonomi.
Laporan ESCAP juga menggambarkan bagaimana kekeringan jangka panjang dapat dikurangi. Selain itu, dijelaskan penggunaan sistem peringatan dini dengan menggunakan end-to-end multi-hazard dan peta untuk memberikan informasi yang sesuai pada waktu yang tepat.
Pengurangan risiko
Saat menyoroti relevansi laporan dalam konteks Indonesia, Sekjen Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dody Ruswandi menyimpulkan bahwa laporan bencana alam merupakan upaya berkelanjutan dalam mengurangi risiko bencana dengan tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia."Laporan ini sangat bernilai terutama pada konteks regional sebagai upaya berkelanjutan dalam menyelaraskan pengurangan risiko bencana. Tujuannya, pembangunan berkelanjutan di Indonesia."
Lebih lanjut, United Nations (UN) Resident Coordinator Douglas Broderick menyatakan laporan-laporan itu membantu untuk memulai pada kerangka kerja baru secara global. "Setelah mengadopsi kerangka Sendai untuk mengurangi risiko bencana, pembangunan berkelanjutan, dan perjanjian perubahan iklim di Paris, laporan ini turut bergerak pada kerangka kerja yang baru secara global sebagai fase implementasi regional dan nasional berdasarkan analisis faktual dan praktik yang baik," ujarnya
Laporan itu juga menyoroti praktik inovatif dari indeks bencana alam di Indonesia yang berperan sebagai daerah penyedia pelayanan peringatan tsunami dan mitigasi sistem, pengembangan database kerugian bencana serta memantau dampak bencana atas kemiskinan. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved