Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Portal Rumah Belajar Mesti Manfaatkan Media Sosial

Syarief Oebaidillah
22/9/2019 21:50
Portal Rumah Belajar Mesti Manfaatkan Media Sosial
Farid Ramadhony, Staf Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (PKLN- Kemendikbud).(MI/Oebai)

DI era media sosial saat ini penggunaan instant messaging sebagai platform komunikasi secara luas tersebar. Apalagi, sebagian besar masyarakat Indonesia telah memiliki smartphone, di mana total populasi saat ini (2019) mencapai 268,2 juta jiwa.

Sementara pengguna atau pelanggan provider komunikasi seluler (berbasis internet) mencapai 355.5 juta (133% berbanding dengan jumlah populasi), dengan penetrasi pengguna internet mencapai 150 juta (56% dari populasi).

Hal itu menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Interaksi pembelajaran hendaknya menyesuaikan dengan tren yang terjadi, sekaligus tetap menghadirkan semangat pembelajaran untuk semua atau education for all yang menjadi amanat Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 31 Ayat 1.

Dalam kaitan itu, Farid Ramadhony, Staf Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (PKLN- Kemendikbud) pada konferensi internasional bertajuk 'Pemanfaatan Kecerdasan Buatan dalam Kebijakan dan Praktik Pendidikan untuk Asia Tenggara', di Jakarta, belum lama ini, memaparkan tentang Rumah Belajar sebagai portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antarkomunitas.

Kegiatan yang digelar Kemendikbud berkolaborasi dengan institusi di bawah The Southeast Asian Ministers of Education Organization (Seameo), Seamolec, ini menghadirkan pembicara dari dalam maupun luar negeri.

Rumah Belajar yang merupakan portal yang dikelola Pustekkom Kemendikbud hadir sebagai bentuk inovasi pembelajaran di era industri 4.0 dapat dimanfaatkan siswa dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), SD, SMP, SMA/SMK sederajat.

"Dengan menggunakan Rumah Belajar, kita dapat belajar di mana saja, kapan saja dengan siapa saja. Seluruh konten yang ada di Rumah Belajar dapat diakses dan dimanfaatkan secara gratis," urai Farid.


Baca juga: IKJ Gandeng Bekraf Gelar CiFFest 2019


Dia menjelaskan terdapat empat fitur utama dari Rumah Belajar, pertama kelas digital, yakni sebuah Learning Management System (LMS) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi proses pembelajaran virtual atau tanpa tatap muka antara guru dan siswa. Dengan fitur ini, guru dapat memberikan bahan ajar yang dapat diakses dan dibagikan oleh siswa dalam bentuk digital kapan saja dan di mana saja.

Kedua, sumber belajar, yakni fitur yang menyajikan materi ajar bagi siswa dan guru berdasarkan kurikulum. Materi ajar disajikan secara terstruktur dengan tampilan yang menarik dalam bentuk gambar, video, animasi, simulasi, evaluasi, dan permainan.

Ketiga, bank soal, yakni fitur kumpulan soal dan materi evaluasi siswa yang dikelompokkan berdasarkan topik ajar. Tersedia juga berbagai akses soal latihan, ulangan, dan ujian.

Adapun yang keempat, laboratorium maya, yakni fitur simulasi praktikum laboratorium yang disajikan secara interaktif dan menarik, dikemas bersama lembar kerja siswa dan teori praktikum.

Diharapkan dengan diluncurkanya Rumah Belajar, dapat meningkatkan akses pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dia mengutarakan, terdapat tantangan dengan munculnya platform serupa yang dikembangkan pihak swasta yakni Ruang Guru. Branding atau pemasaran Rumah Belajar dinilai masih kalah jauh dengan aplikasi Ruang Guru.

Keunggulan Ruang Guru di antaranya menggunakan tokoh terkenal di kalangan remaja usia sekolah, iklan di media sosial maupun televisi, profit oriented, guru bisa mendapatkan penghasilan tambahan dengan membuat tutorial di Ruang Guru. Namun tidak ada tema tentang pendidikan kejuruan.

Adapun keunggulan Rumah Belajar antara lain memiliki guru-guru terbaik dari seluruh Indonesia, sosialisasi ke daerah melalui bimbingan teknis, non-profit, dan memiliki materi pembelajaran SMK dan SLB.

Dari tantangan yang dapat kita lihat di atas, ungkap Farid, akan muncul permasalahan yang menjadi pokok utama persoalan yang harus dipecahkan, salah satunya masalah branding atau kampanye dari Rumah Belajar. Di mana aplikasi yang sudah berbasis internet tetapi pemasaran atau branding masih menggunakan cara tradisional 'jemput bola' atau bimtek ke daerah.

"Sudah sewajarnya pemasaran Rumah Belajar dapat memanfaatkan platform media sosial, sebagai wadah penyebaran informasi agar dapat tersebar lebih sporadis dan masif," cetusnya.

Dikatakan target pengguna Rumah Belajar, yang sebagian besar siswa lebih suka untuk menggunakan media sosial sebagai media tanya jawab seputar hal-hal terkait informasi dari Rumah Belajar.

Karena itu, Farid mengutarakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) dapat dimanfaatkan pada aplikasi chatting, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa pengguna, dengan memanfaatkan database dari kata kunci yang ada untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya