Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

JK Sebut Asia Pasifik Luas dan Bisa Berbagi Pengalaman Bencana

Mediaindonesia.com
27/8/2019 15:29
JK Sebut Asia Pasifik Luas dan Bisa Berbagi Pengalaman Bencana
Wapres Jusuf Kalla di acara Asia Pacific Regional Conference on Localisation of Aid di ruang Dr. Sutopo Purwo Nugroho(Dok. Humas BNPB)

WAKIL Presiden Jusuf Kalla (JK) mengucapkan terima kasih atas dukungan internasional dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Hal itu disampaikan saat membuka acara Asia Pacific Regional Conference on Localisation of Aid di ruang Dr. Sutopo Purwo Nugroho, Graha BNPB, Selasa (27/8).

Ia pun meyampaikan sebagai wilayah yang luas, negara-negara di Asia Pasifik dapat saling berbagi pengalaman, salah satunya dengan pengalaman bencana di Indonesia sehingga dapat membentuk mitigasi dan lainnya. Beberapa bencana seperti gunung berapi, gempa bumi, angin topan, dan sebagainya sama dengan bencana di negara lain. 

"Bencana sebabnya ada dua, karena alam dan ulah manusia," kata JK dikutip dari keterangan resmi yang disampaikan Plt Kapusdatin dan Humas BNPB Agus Wibowo, Selasa (27/8).

Bencana, lanjut JK, memberikan dampak dan banyak pelajaran. Karena itu, ia berpesan agar BNPB memiliki kantor di provinsi dan kabupaten/kota layaknya BPBD. Sehingga masalah bencana dapat terorganisir lebih baik dari sebelumnya.

"Contohnya kearifan lokal seperti di Simeleu, kearifan lokal yang berhasil yakni ketika ada gempa, masyarakat langsung lari ke dataran tinggi" ucap Jusuf Kalla.

Soal bantuan internasional, bisa dilihat saat terjadinya gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 2004. Ada 55 negara yang membuka bantuan saat itu. Namun ini jadi pelajaran untuk Indonesia kedepannya, tidak semua bencana terbuka untuk dunia internasional. Setelah sekian lama, bantuan internasional baru dibuka kembali untuk gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, tahun 2018.

Baca juga: BNPB Siapkan Hujan Buatan

Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan Indonesia tahu wilayah ASEAN adalah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana di dunia. Lebih dari satu dekade sejak tsunami tahun 2004, tren bencana menunjukkan peningkatan frekuensi dan intensitas. Itu menjadi lebih menantang dengan ditemukannya garis patahan baru, pada 2010 hanya ada 81 garis patahan teridentifikasi dan pada 2016 jumlahnya meningkat menjadi 295 garis patahan.

BNPB sedang melakukan formulasi baru agar setiap warga negara berkesempatan berlatih dan menerima pengetahuan bencana.

"Sehingga masyarakat Indonesia semuanya dapat selamat dalam ancaman bencana. Sehingga mendapatkan gambaran dan solusi dari ancaman bencana yang akan terjadi dan menjadi masyarakat tangguh," ungkapnya.  

Wakil Duta Besar Pemerintah Swiss untuk Indonesia, Michael Cottier, menyampaikan stakeholders lokal merupakan kunci penyelenggaraan penanggulangan bencana yang efektif. Namun lokalisasi di lapangan membutuhkan pendekatan gabungan.

"Oleh karena itu, acara ini diharapkan menjadi wadah bagi kita untuk berbagi praktik baik dan mendiskusikan isu-isu lokalisasi yang berfokus pada level praktis" ujar Cottier.

Direktur Eksekutif AHA Centre, Adelina Kamal, menjelaskan pihaknya sebagai lembaga resmi yang mengoordinasikan bantuan saat bencana di ASEAN, setiap tahun melakukan proyek baru.

"Dalam konferensi ini, kita tidak hanya menerima masukan dari negara lain tetapi juga dapat sharing dengan negara lain mengenai bencana yang ada di negara masing-masing" ucapnya. 

Acara ini akan berlangsung selama dua hari, 27-28 Agustus 2019, di ruang serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho. Materi diskusi yang disampaikan poinnya adalah pengembangan kapasitas dan penguatan, kemitraan, pendanaan, koordinasi dan masalah gender pada sisi kemanusiaan. Di hari kedua besok, Rabu (28/8), akan membahasa tentang penanganan bencana di Palu, Sulawesi Tengah.(RO/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya