Keanekaragaman Hayati Sumber Inovasi

Dhika Kusuma Winata
27/8/2019 14:10
Keanekaragaman Hayati Sumber Inovasi
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Enny Sudarmonowati (kiri).(Istimewa/LIPI)

KEANEKARAGAMAN hayati patut dijaga sebagai kekayaan alam yang mendatangkan beragam manfaat. Karenanya, pengelolaan sumber daya alam perlu dilakukan secara maksimal sehingga lebih banyak menghasilkan dampak positif bagi kehidupan manusia dan produktivitas.

"Biodiversitas menjadi sumber kreativitas dan inovasi. Kegiatan memanfaatkan mahluk hidup sebagai inspirasi untuk kreativitas dan inovasi telah dikenal lama dalam bidang biomimikri. Banyak produk teknologi yang dihasilkan dengan terinspirasi mahluk hidup," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Enny Sudarmonowati dalam Gelar Wicara Biodiversitas, di Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, (27/8).

Enny memaparkan beragam contoh inovasi di negara-negara lain bersumber dari keanekaragaman hayati. Desain kereta cepat milik Jepang, Shinkansen, misalnya terinspirasi dari bentuk paruh burung raja udang serta bulu burung hantu untuk mengurangi kebisingan hambatan udara.

Contoh lain ialah duri landak yang menginspirasi jarum bedah less painful injection, jaring laba-laba untuk desain serat kain, udang mantis yang menginspirasi pelindung tubuh militer dan serangga kecoa yang menginspirasi pembuatan robot intelejen.

Bahkan di bidang seni dan mode misalnya, banyak perancang busana dan pelaku industri kreatif yang membuat produk dan karyanya terinspirasi dari beragam satwa.

"Pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak terbatas pada organisme tetapi juga bisa menjadi referensi yang memunculkan inovasi. Aspek inovasi ini yang harus dimunculkan di Indonesia mengingat kekayaan biodiversitasnya sangat tinggi," imbuh Enny.

Gelar Wicara tersebut merupakan pembuka dari rangkaian peringatan ulang tahun ke-125 Museum Zoologicum Bogoriense (MZB). Museum tersebut merupakan pusat spesimen satwa terbesar di Asia Tenggara yang tahun ini genap berusia 125 tahun.

Ada sekitar lebih dari dua juta koleksi spesimen satwa yang dimiliki MZB yang terdiri dari kelompok ikan, reptil, amfibi, burung, mamalia, cacing, serangga, krustasea, moluska dan invertebrata lainnya.

Sejarah MZB bermula dari sebuah laboratorium sederhana di Kebun Raya Bogor dengan nama Landbouw Zoologisch Laboratorium yang diinisasi oleh Dr JC Koningsberger pada 1894. Saat itu laboratorium berfungsi sebagai tempat meneliti dan mengoleksi spesimen serangga.

Landbouw Zoologisch Laboratorium sempat beberapa kali berganti nama. Saat pendudukan Jepang, nama MZB dikenal sebagai Dobutsu Hakubutsukan. Saat ini MZB dikelola oleh LIPI melalui Pusat Penelitian Biologi dengan nama resmi Divisi Zoologi Museum Zoologicum Bogoriense Pusat Penelitian Biologi LIPI. (OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya