Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Mendikbud Minta Aisyiyah Siap Hadapi Era Digital

Mediaindonesia.com
21/8/2019 21:55
Mendikbud Minta Aisyiyah Siap Hadapi Era Digital
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, membuka International Conference on Early Childhood Education and Care of Aisyiyah(Ist)

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, membuka International Conference on Early Childhood Education and Care of Aisyiyah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka (Uhamka) Jakarta, Rabu (21/8).

Muhadjir mengatakan, tantangan Aisyiyah ke depan akan semakin kompleks. Sebab, anak-anak sekarang sudah mengenal virtual reality dan teknologi digital. Kondisi itu, kata Mendikbud, menjadi tantangan baru bagi ibu-ibu Aisyiyah dalam menyiapkan generasi manusia yang lebih baik.

"Artinya, 100 tahun yang lalu anak-anak yang dididik ibu-ibu Aisyiyah tidak sama dengan anak-anak sekarang karena zamannya berbeda," kata Muhadjir usai membuka seminar internasional yang digelar Pimpinan Pusat Aisyiyah, Rabu (21/8).

Ia mengingatkan, hal yang harus dipahami para pendidik di Aisyiyah bahwa anak-anak kini hidup pada zamannya yang berbeda dengan zaman para pendidik dulu. Anak-anak zaman now memiliki dunia mereka sendiri.

"Jangan bayangkan (dunia anak-anak zaman sekarang) seperti dunia kita, atau dunia (orang yang) mendidik (anak-anak sekarang), ini yang harus kita tekankan menurut saya," ujarnya.

Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Masyitoh Chusnan, juga menjelaskan bagaimana lembaga pendidikan Aisyiyah menghadapi tantangan di era digital. Menurut Masyitoh, di sekolah tugas guru mengawasi anak-anak tapi di rumah menjadi tugas orangtua untuk mengawasi anak-anak mereka.

Di sekolah anak-anak usia dini tidak diizinkan menggunakan gawai. Namun disediakan komputer untuk mereka agar bisa mengoperasikan komputer untuk mencari informasi yang sederhana. Seperti mencari informasi tentang flora dan fauna. Namun, laboratorium komputer saat ini baru ada di TK percontohan.


Baca juga: Kagama Gelar Seminar Nasional Jelang Munas


Masyitoh juga mengingatkan, pendidikan di TK dan di rumah harus terhubung agar pendidikan untuk anak-anak lebih maksimal. Sehingga arahan guru dan orangtua sama agar anaknya tidak sembarangan menggunakan gawai.

"Sudah pasti antara guru dan ibu (orangtua siswa) harus komunikasi, ada semacam teori, apa yang dikatakan guru itu yang dikatakan orangtua, apa yang dikatakan orangtua itu yang dikatakan guru, tidak boleh berbeda antara guru dan orangtua," jelasnya.

Maka pendidikan yang diberikan guru dan orangtua tidak boleh berbeda agar anak-anak tidak bingung. Bahkan, anak usia dini, lanjut Masyitoh, harus sering ditemani ibunya saat berada di PAUD atau TK. Sehingga guru dan orangtua bisa mengarahkan anak-anak agar tidak menggunakan gawai secara sembarangan atau untuk hal negatif.

Ia mengatakan, jangankan anak-anak usia dini, anak-anak remaja saja masih harus dibimbing dan diawasi oleh orangtua agar tidak sembarangan dalam memanfaatkan teknologi. Orangtua tidak bisa melepas anak-anak begitu saja karena dunia sekarang banyak memberi kemudahan tapi juga memunculkan masalah jika tidak bisa membedakan hal yang positif dan negatif.

"Jangan lepaskan anak dari genggaman tangan orangtua," ujarnya.

Sebagai informasi, Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Ayhfal (ABA) telah mendidik anak-anak usia dini sejak 1919. Kini, TK ABA sudah ada di semua provinsi yang ada di Indonesia. Berdasarkan catatan 2018, jumlah TK ABA kurang lebih mencapai 20 ribuan. TK ABA telah tersebar di berbagai pelosok, daerah tertinggal dan pulau. (RO/OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya