Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Turki Ingin Belajar Soal Pengelolaan Haji dari Indonesia

Sitria Hamid
21/8/2019 15:00
Turki Ingin Belajar Soal Pengelolaan Haji dari Indonesia
Direktur Jenderal Haji dan Umrah Turki Remzi Bircan (kemeja biru)(Bahauddin/MCH 2019)

INDONESIA dinilai berhasil menyelenggarakan seluruh proses ibadah haji dengan tertib dan teratur. Bahkan, dengan jumlah jemaah haji terbesar di dunia, jemaah Indonesia dikenal patuh dan penurut.

Direktur Jenderal Haji dan Umrah Turki Remzi Bircan menyampaikan hal itu, saat menggunjungi Misi Haji Indonesia, di Kantor Urusan Haji Indonesia, di Mekah, Arab Saudi, Selasa (20/8).

"Kami ingin sekali belajar bagaimana mengelola haji seperti Indonesia,” kata Remzi, dalam pertemuan yang dihadiri Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Nizar Ali, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham, Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Endang Jumali, serta para Pengendali Teknis PPIH, dan Kepala Daerah Kerja Mekah Subhan Cholid.

Menurut Remzi, saat ini Indonesia memiliki kuota tiga kali lipat lebih besar dari Turki. Sementara Turki, kata dia, memiliki kuota sebanyak 80 ribu jemaah yang terdiri dari 30 ribu jemaah haji khusus dan 50 ribu jemaah haji reguler.

Baca juga: Haji, Makrifat, dan Kemanusiaan

Namun, dengan jumlah jemaah haji yang terbesar di dunia itu, Indonesia dapat mengorganisasikan jemaah hajinya dengan baik Bahkan, sangat berhasil dalam pengelolaannya.

Bagi Turki, sangat sulit melakukan pergerakan dari Mekah ke Arafah, dan juga dari Arafah ke Mina dengan membawa 80 ribu jemaah saja.

"Untuk pengorganisasian haji di Turki sangat sulit, karena bagaimana kita bisa mengorganisir jemaah 80 ribu berangkat dari Mekah ke Arafah pada waktu yang bersamaan dan dari Arafah ke Muzdalifah. Itu suatu hal yang sangat sulit," kata Remzi.

“Pembicaraan ini kami harap dapat kita dilanjutkan di Jakarta, Indonesia atau pun di Ankara, Turki,” katanya.

Sementara itu Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Nizar Ali menyampaikan terima kasih atas apresiasi yang diberikan. “Alhamdulillah, kita diberikan kehormatan oleh Turki untuk bertukar informasi,” kata Nizar Ali.

Indonesia, lanjut Nizar Ali, dipandang sebagai pengelola ibadah haji yang rumit, karena dari sisi jumlah jemaah haji yang datang ke tanah suci terbesar di dunia. Selain itu, jemaah haji Indonesia juga dikenal sebagai jemaah haji yang paling tertib, dan penurut. Karena itulah, Turki ingin belajar dari Indonesia.

Pada pertemuan yang berlangsung selama 45 menit tersebut, Dirjen Haji dan Umroh Turki Remzi sempat terkejut terkait perbandingan jumlah jemaah haji dengan petugas haji. Turki memiliki 2500 petugas untuk melayani 80 ribu jemaah haji. Sementara,  Indonesia hanya memiliki 4300an petugas untuk melayani 231 ribu jemaah haji.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham menambahkan, bahwa Turki juga sempat kaget dengan jumlah hotel yang disewa Indonesia.

“Mereka tadi sempat kaget juga dengan jumlah hotel yang kita sewa di Mekah. Di Mekah ini Indonesia menyewa 173 hotel, sementara di Madinah ada 106 hotel. Mengorganisasikan ini jelas tidak mudah,” kata Sri Ilham.

Ditambah lagi, dengan jumlah maktab  jemaah haji Indonesia di Armuzdna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) jauh lebih besar dari Turki. Sebanyak 214 ribu jemaah haji reguler Indonesia pada 1440H/2019M ini terbagi dalam 73 maktab. Senentara, Turki hanya memiliki 12 maktab untuk 50ribu jemaah.

“Banyak sebenarnya yang ingin dibicarakan, tapi kali ini waktunya terbatas. Nanti In Sya Allah akan dilanjutkan di Indonesia atau Turki,” kata Sri Ilham. (A-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya