Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
DIREKTORAT Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen PAUD dan Dikmas-Kemendikbud) meminta pelaksana satuan pendidikan setingkat PAUD atau TK tetap menggunakan pendekatan pra-literasi dan pra-membaca kepada para peserta didiknya.
“Anak-anak seusia PAUD atau TK janganlah dipaksakan untuk dapat membaca, menulis dan berhitung atau calistung. Bukannya dilarang. Namun pendekatan seusia mereka berbeda yakni dengan pendekatan praliterasi dan pramembaca,“ kata Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud, Harris Iskandar, usai seminar bertajuk Kiat Sukses Mendukung Anak Dalam Pendidikan di Kemendikbud Jakarta, Selasa (16/7).
Baca juga: Pemda Diminta Tingkatkan Anggaran Penanganan Bencana
Harris menjelaskan, pada dasarnya anak memiliki 8 kecerdasan yakni linguistik, logika dan matematika, intrapersonal, interpersonal, musik, spasial, kinetik, dan naturalis. Untuk itu sudah menjadi tugas orang tua mencermati dan memperhatikan semua kecerdasan tersebut dan tidak terpaku dengan salah satu kecerdasan saja.
Dia mengimbau para orang tua untuk tidak terlalu khawatir jika anaknya belum mampu calistung saat mereka menjalani masa usia bermain. Apalagi jika sampai memaksakan mereka dapat mengejar tuntutan sekolah agar si anak sudah dapat calistung sebagai syarat diterima sebagai siswa.
“Kecerdasan anak bukan logika dan matematika saja. Kita amati kecerdasan dalam spasial dan musik itu kan kodratnya luar biasa. Kasihan kalau anak dipaksakan, tertutup nanti kecerdasannya yang lain,” cetusnya.
Harris mengutarakan, jika anak dipaksakan mampu calistung pada saat mereka masih berusia dini dikhawatirkan menimbulkan efek buruk. Diantaranya, kemampuan kognitif mereka akan menurun drastis saat duduk di kelas 3 atau kelas 4 SD karena terlalu dipaksakan harus calistung sejak usia dini.
Selain itu, pada mata pelajaran pun sang anak akan menjadi jenuh. Disisi lain memaksakan anak agar dapat calistung saat masih usia dini juga dapat menghambur-hamburkan uang dan dapat merusak mental mereka.
“Buat apa kita membuat PAUD jika anak tanpa disadari akan dirusak. Lebih baik tidak usah ke PAUD saja, ini saya anjurkan daripada memaksakan calistung di PAUD,” pungkas Harris.
Kegiatan yang diresmikan istri Mendikbud, Suryan Widati Muhadjir Effendy, ini menghadirkan para guru PAUD dan TK serta praktisi pendidikan.
Baca juga: Luhut: 80% Sawit di Indonesia Bermasalah
Pada kesempatan itu, Suryan Widati mengemukakan pentingnya peran orang tua dalam pendidikan keluarga. Menurutnya, yang terpenting orang tua dapat menyiapkan waktu ditengah kesibukannya bersama anak-anaknya.
“Pendidikan keluarga merupakan hal yang amat utama, Kita boleh mengharap pada sekolah akan tetapi peran ayah dan bunda itu sangat utama di tengah era kemajuan teknologi dewasa ini,”pungkasnya. (OL-6)
Penulisan sejarah pun perlu melakukan analisis dan ditulis dengan kritis dan pemikiran yang terbuka.
Suap dan gratifikasi di sektor pendidikan biasanya terjadi karena adanya orang tua murid memaksakan anaknya masuk sekolah tertentu.
Harli menegaskan Kejagung belum menentukan tersangka dalam kasus ini. Perkaranya masih menggunakan surat perintah penyidikan (sprindik) umum.
Program SMK PK yang diinisiasi Kemendikbud bertujuan meningkatkan kualitas dan kompetensi lulusan SMK, melalui kemitraan dengan dunia usaha dan industri (DUDI).
Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan ada sebanyak 260 orang calon peserta digugurkan pada pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024, tingkat SMA
Seorang individu tidak akan memikirkan tentang pengakuan dan penghargaan sebelum kebutuhan dasar akan makanan dan tempat tinggal mereka terpenuhi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved