Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
MENTERI Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menegaskan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui kebijakan perbaikan tata kelola hutan.
Ia mengatakan komitmen Indonesia yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) pencapaiannya kini telah sejalan dengan target pengurangan emisi 29% pada 2030. Per 2017, Indonesia mencapai pengurangan emisi sebesar 24%.
"Dilihat dari emisi sektor kehutanan, contohnya, tingkat emisi dari kebakaran gambut menurun menjadi 90,3 juta ton CO2e pada 2016 dari 712,6 juta ton CO2e pada 2015. Kemudian pada 2017, tingkat emisi dari kebakaran gambut jauh lebih menurun, menjadi 12,5 juta ton CO2e," kata Siti dalam peluncuran Tinjauan Kebijakan Pertumbuhan Hijau (Green Growth Policy Review/GGPR) OECD, di Jakarta, Rabu (10/7).
Menurutnya, penurunan emisi itu hasil dari langkah-langkah kehutanan yang dijalankan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang fokus pada upaya penataan ulang alokasi sumber daya hutan.
Baca juga : OECD Luncurkan Tinjauan Pertumbuhan Hijau Indonesia
Langkah yang dilakukan antara lain mengedepankan izin akses bagi masyarakat dengan perhutanan sosial, implementasi moratorium penerbitan izin baru di hutan alam primer dan gambut, tidak membuka lahan gambut baru (land clearing), serta moratorium izin baru pembangunan perkebunan sawit.
Kemudian, pengawasan pelaksanaan izin dan mencabut hak pengusahaan hutan (HPH/HTI) yang tidak aktif, mengendalikan izin secara selektif dengan luasan terbatas untuk izin baru HPH/HTI, mendorong kerjasama hutan sosial sebagai offtaker; membangun konfigurasi bisnis baru, dan mendorong kemudahan izin untuk kepentingan negara (prasarana/sarana, jalan, bendungan, energi, telekomunikasi, pemukiman masyarakat/pengungsi).
"Kita telah mengambil kebijakan korektif untuk mencapai pengelolaan hutan berkelanjutan dan memerangi dampak perubahan iklim," jelas Siti.
Sejak 2011, pemerintah telah melakukan moratorium pemberian izin pengelolaan hutan alam dan lahan gambut melalui penerbitan instruksi presiden.
Pemerintah juga mengeluarkan instruksi presiden moratorium dan evaluasi untuk perizinan kebun sawit. Perkebunan kelapa sawit saat ini lebih diarahkan peningkatan produktivitas dengan standar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) ketimbang pembukaan lahan baru.
"Upaya-upaya tersebut telah berhasil mengurangi laju deforestasi ke tingkat yang sangat rendah," imbuh Siti.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Hutan Nasional (Simontana) yang dirilis awal 2019 lalu, menunjukkan laju deforestasi di Indonesia yang terus melambat.
Pada 2017-2018, deforestasi tercatat 0,44 juta hektare. Adapun pada periode 2014-2015 deforestasi tercatat 1,09 juta hektare.
"Angka tersebut bukan klaim sepihak oleh Indonesia. Pemantauan yang dilakukan oleh organisasi internasional (Universitas Maryland Amerika) juga menunjukkan laju deforestasi Indonesia telah menurun tajam," ucapnya. (OL-7)
KETUA Delegasi RI untuk COP29, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan Presiden RI Prabowo Subianto telah menyetujui reboisasi atau penghijauan kembali besar-besaran.
PT Eigerindo MPI, distributor brand EIGER Adventure, berkolaborasi dengan Yayasan Wanadri untuk menanam dan merawat 10.000 bibit mangrove di Belitung
SEKRETARIS Jenderal KLHK Bambang Hendroyono mendorong pemerintah secara kolaboratif menciptakan kebijakan yang mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan.
Target KEM adalah untuk membuka pendanaan 200 juta USD bagi 100 usaha lestari yang terkoneksi dengan 100 kabupaten yang berkomitmen menjadi lestari.
Penanaman serentak dipimpin Menteri LHK, Siti Nurbaya, di Cianjur, Jawa Barat serta Kepala BRGM, Hartono, di Desa Lukit, Pulau Padang, Kepulauan Meranti, Riau
Peran masyarakat perlu didorong oleh regulator untuk lebih aktif. Pasalnya banyak elemen masyarakat dari pemuda yang konsen terhadap lingkungan dan alam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved