Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

KLHK: Indonesia Berhasil Pertahankan 28% Kawasan Konservasi

Dhika Kusuma Winata
03/7/2019 17:34
KLHK: Indonesia Berhasil Pertahankan 28% Kawasan Konservasi
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar(ANTARA/Dhemas Reviyanto)

MENTERI Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, menyampaikan paparan tentang pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia pada pembukaan 9th Trondheim Conference on Biodiversity di Norwegia, Selasa (2/7) waktu setempat.

Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati hingga saat ini mampu melindungi kawasan konservasi sekitar 28% dari luas wilayah daratan. Capaian itu melampaui Target Aichi sebesar 11% yang merupakan kesepakatan setiap negara peratifikasi Convention on Biological Diversity (CBD).

Baca juga: Kemendikbud Godok Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan

"Indonesia memiliki 552 kawasan konservasi seluas 22 juta hektare. Selain itu, kami memiliki sekitar 29 juta hektar hutan lindung dan 0,7 juta hektar kawasan ekosistem esensial. Jika dijumlahkan, berarti 28% dari daratan Indonesia yang berstatus dilindungi," ujarnya melalui keterangan pers yang diterima di Jakarta, Rabu (3/7).

Adapun Indonesia meratifikasi CBD sejak 1994 dan telah menerjemahkan Aichi target menjadi Indonesian Biodiversity Strategi Action Plans (IBSAP). Salah satu target Indonesia ialah mempertahankan 11% kawasan dilindungi dan ekosistem hingga 2020. Hal itu bertujuan mempertahankan keanekaragaman hayati Indonesia.

Terkait dengan konservasi spesies, lanjut Siti, Indonesia telah menetapkan target untuk memulihkan populasi 25 spesies yang terancam punah setidaknya 10% hingga tahun ini. Untuk kepentingan tersebut telah disusun peta jalan untuk mencapai target, serta membangun 272 lokasi pemantauan spesies selama lima tahun terakhir.

"Salah satu hasil yang dicapai, misalnya, populasi burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di Taman Nasional Bali Barat telah berhasil meningkat dari 31 individu pada 2015 menjadi 191 individu pada 2019. Contoh lainnya kegiatan konservasi telah meningkatkan kepadatan harimau sumatra di empat taman nasional yakni di Gunung Leuseur, Kerinci Seblat, Berbak Sembilang, dan Bukit Barisan Selatan." tandasnya.

Untuk program konservasi di luar habitat (ex situ), Indonesia telah membentuk 84 kebun binatang, 27 unit rehabilitasi satwa liar, dan 1.118 unit penangkaran. Indonesia juga telah mengembangkan peraturan untuk memastikan keterkaitan antara konservasi ex situ dengan konservasi in situ melalui restocking untuk pemulihan populasi spesies di alam.

"Yang tak kalah penting juga mengenai konservasi sumber daya genetik. Indonesia telah mengembangkan bioprospeksi untuk mengeksplorasi nilai sumber daya genetik untuk keamanan dan kesehatan pangan. Sebagai contoh, Candidaspongia sp, Spons yang endemik di Teluk Kupang telah diidentifikasi sebagai zat anti kanker," jelas Siti.

Indonesia juga berpandangan untuk mencapai target global, perlu adanya pengarusutamaan keanekaragaman hayati dalam perencanaan pembangunan lintas sektor, termasuk sektor publik dan swasta.

"Contoh nyatanya terlihat dari pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang sedang digalakkan di Indonesia saat ini. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan nasional tentang pembangunan jalan hijau di kawasan hutan, seperti pembangunan jembatan layang atau underpass untuk melindungi habitat satwa liar," ucap Siti.

Baca juga: Jemaah Diminta Minum Oralit Selama di Tanah Suci

Semua upaya konservasi keanekaragaman hayati tersebut, lanjutnya, membutuhkan sumber daya. Menteri Siti menyampaikan, Indonesia mengajak negara-negara pemilik biodiversitas yang hadir pada konferensi untuk berkomitmen memobilisasi sumber daya baru, termasuk penghitungan modal alam, pembayaran jasa ekosistem, dana lingkungan, perpajakan lingkungan, pelabelan lingkungan, kampanye publik, dan kepemimpinan.

"Saya ingin menyerukan peningkatan kerja sama global untuk melindungi keanekaragaman hayati dunia. Saya harap kita dapat bekerja sama untuk merumuskan indikator, instrumen, mekanisme, upaya, dan jalan ke depan untuk mencapai tujuan ambisius pasca target Aichi 2020," pungkas Menteri Siti. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya