Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Wisata Hutan Jadi Sarana Edukasi Masyarakat

Dhika Kusuma Winata [email protected]
06/5/2019 04:00
Wisata Hutan Jadi Sarana Edukasi Masyarakat
Petani lokal di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli, Sumatra Utara, menyadap pohon kemenyan untuk mengambil getah(MI/DHIKA KUSUMA WINATA)

KAWASAN Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) bisa menjadi tempat ekowisata sekaligus sarana edukasi. Hasil riset terkait hutan dan lingkungan pun bakal lebih mudah disosialisasikan ke masyarakat.

Hal itu disampaikan Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sylvana Ratina dalam kegiatan media visit di KHDTK Aek Nauli, Sumatra Utara, pekan lalu.

"Pengelolaan KHDTK dengan baik mutlak diperlukan. Dulu KHDTK dan penelitian di hutan kurang mendapat perhatian. Namun, sekarang telah berubah paradigmanya bahwa hasil litbang harus bermanfaat dan juga bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat," ujarnya.

BLI KLHK tercatat mengelola 35 KHDTK dengan total luas sekitar 37 ribu hektare. KHDTK Aek Nauli dicanangkan menjadi model pengembangan bagi kawasan lain karena menawarkan wisata ilmiah. KHDTK Aek Nauli juga merupakan kawasan strategis pariwisata nasional dengan target peningkatan nilai tambah dan efisiensi jasa produktif karena letaknya berdampingan dengan destinasi unggulan Danau Toba.

Salah satu wisata ilmiah yang ditawarkan ialah panen lebah madu jenis trigona. Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli membuat sistem budi daya lebah madu yang disebut Aeknauli Beecosystem.

Di kawasan seluas 1.900 hektare tersebut terdapat taman nektar dan tanaman hutan sumber pakan lebah. Pengunjung juga disuguhi atraksi panen madu dan bisa mencicipi madu langsung dari sarang.

Ada pula wisata konservasi gajah yang berlokasi di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC). Di sana, pengunjung diberi edukasi seluk beluk konservasi mamalia besar tersebut. Masyarakat juga bisa berinteraksi langsung dengan gajah, termasuk memandikannya, untuk menumbuhkan empati terhadap satwa langka itu.

Kegiatan lainnya ialah memanggil primata kera hitam siamang, beruk, dan kera ekor panjang yang hidup pada pohon-pohon di lanskap hutan Aek Nauli. Serta memanen getah pinus dan menyadap pohon kemenyan.

"Pengelolaan KHDTK Aek Nauli untuk mencapai tujuan peruntukannya serta mendukung pengembangan pariwisata Danau Toba. Maka digunakan pola pengelolaan yang memadukan potensi wisata ekologi, hasil-hasil riset, dan unsur pendidikan menyenangkan," imbuh Sylvana.

Dukung Danau Toba

Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan KLHK Dwi Sudarto mengatakan pengembangan KHDTK Aek Nauli yang menawarkan sejumlah wisata ilmiah penting sebagai pendukung destinasi wisata Danau Toba. Pasalnya, selama ini masyarakat hanya mengenal pemandangan danau itu.

"Wisata ilmiah KHDTK Aek Nauli diharapkan juga bisa mempromosikan hasil litbang kepada masyarakat luas," ujarnya.

Tahun lalu, KHDTK Aek Nauli tercatat menyumbang penerimaan negara bukan pajak (BNBP) sekitar Rp5 juta. Tahun ini, promosi telah digencarkan dan ditargetkan PNBP mencapai Rp50 juta. Kawasan itu memang spesifik untuk wisata ilmiah yang mengedepankan edukasi, bukan komersialisasi. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya