Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Homo luzonensis diketahui hidup sekitar 50 ribu tahun lalu di Luzon, Filipina, atau sezaman dengan manusia kerdil dari Flores, Homo floresiensis.
HOMO luzonensis ditemukan di Goa Callao, di wilayah utara Pulau Luzon. Diperkirakan mereka hidup antara 67 ribu tahun dan 50 ribu tahun silam. Temuan spesies itu terdiri atas 13 bagian, yaitu gigi, tulang tangan dan kaki, serta bagian tulang paha dari setidaknya tiga orang dewasa dan remaja.
Penggalian dilakukan para peneliti dari Prancis, Filipina, dan Australia sejak 2007. Awalnya jenis manusia purba ini tidak jelas. Akan tetapi, baru-baru ini para peneliti menemukan ke-13 bagian tersebut di lokasi yang berbeda. Dengan lebih banyak bukti, mereka dapat membangun kasus bahwa jasad tersebut berasal dari jenis manusia yang sebelumnya tidak dikenal.
"Sejak awal kami menyadari karakteristik yang tidak biasa dari fosil-fosil ini," kata Florent Detroit, yang memimpin penelitian ini.
Spesies ini menjadi tambahan baru bagi silsilah manusia di muka bumi. Bentuk fisiknya merupakan campuran dari ciri-ciri fisik manusia purba dan spesies manusia yang muncul belakangan. Ini artinya spesies itu masih kerabat manusia purba primitif yang meninggalkan Afrika dan berhasil tiba di Asia Tenggara.
Temuan ini menunjukkan evolusi manusia di wilayah tersebut kemungkinan sangat rumit karena ada sedikitnya tiga spesies manusia yang bermukim di Asia Tenggara pada saat nenek moyang manusia modern tiba di kawasan itu.
Salah satu spesies itu ialah manusia hobbit (Homo floriensis) yang bertahan hidup di Pulau Flores, Indonesia, hingga 50 ribu tahun yang lalu.
Berjalan tegak
Selain beberapa kemiripan dengan spesies manusia, ada ciri lain, yaitu berjalan tegak seperti kera yang hidup di Afrika antara dua juta dan empat juta tahun yang lalu. Tulang jari dan kaki mereka melengkung, menunjukkan aktivitas pendakian masih merupakan kegiatan penting bagi spesies ini. Namun, Detroit mengatakan untuk saat ini para peneliti percaya luzonensis amat mungkin berjalan tegak, bukan hidup di pohon. Spesies ini juga diketahui berpostur kecil, dengan tinggi sekitar 1,2 meter.
Penemuan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang cara spesies pramanusia ini dapat mencapai Pulau Luzon yang dapat diakses melalui laut.
"Penemuan luar biasa, tidak diragukan lagi akan memicu perdebatan ilmiah selama beberapa minggu, bulan, dan tahun mendatang," kata Matthew Tocheri, profesor antropologi di Universitas Lakehead, Kanada.
Selain Homo luzonensis, kepulauan di Asia Tenggara juga tampaknya menjadi rumah bagi spesies lain manusia yang disebut Denosivans, yang tampaknya kawin dengan manusia modern awal (Homo sapiens) ketika mereka tiba di kawasan tersebut.
Pulau Flores di Indonesia merupakan rumah bagi spesies Homo floresiensis yang berjuluk hobbit karena perawakannya yang kecil. Mereka hidup di wilayah Flores setidaknya 100 ribu tahun lalu hingga 50 ribu tahun lalu. (Dailymail/Nature/Rkp/*/L-2/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved