Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Tradisi Memotong Tumpeng Mesti Diperbaiki

Syarief Oebaidillah
01/4/2019 11:20
Tradisi Memotong Tumpeng Mesti Diperbaiki
President of Indonesia Gastronomy Association (IGA), Ria Musiawan sosialisasi tumpeng dan lomba tumpeng di CFD(Ist)

TRADISI memotong tumpeng dalam kegiatan perayaan, pesta, atau syukuran yang selama ini terjadi dengan memotong bagian puncak tumpeng dinilai sebagai kebiasaan keliru.

"Mari kita perbaiki kembali pemahaman yang selama ini ada dalam benak kita semua tentang tradisi memotong tumpeng, yang mencakup makna, simbol, dan perlakuan tentang tumpeng yang lebih sesuai dengan budaya dan sejarah kita," kata President of Indonesia Gastronomy Association (IGA), Ria Musiawan, pada sosialisasi tumpeng dan lomba tumpeng di arena Car Free Day (CFD) kawasan FX Senayan, Jakarta, Minggu (31/3).

Menurut Ria, tumpeng sebagai simbol atau lambang permohonan makhluk kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun simbol hubungan antara pimpinan dan rakyatnya. Saat menjadi acara ritual kegiatan janganlah dipotong pada puncaknya atau bagian ujung.

"Yang sesuai dengan budaya dan makna hakikatnya, serta filosofinya tumpeng harusnya dikeruk," ungkap Ria yang menggelar sosialisasi tumpeng dalam rangka hari ulang tahun ke-3 IGA.

Dia mengingatkan tradisi potong nasi tumpeng yang telah berlangsung selam ini menunjukkan masyarakat telah keliru memaknai hidangan ini.

Dikatakan, nasi tumpeng sejatinya menyimpan filosofi atau falsafah yang mendalam, Falsafah tumpeng merupakan lambang gunungan yang bersifat awal dan akhir. Ini mencerminkan manifestasi simbol sifat alam dan manusia yang berawal dari Tuhan dan kembali lagi kepada Tuhan.

Nasi tumpeng yang berbentuk kerucut menjulang ke atas. Bentuk ini menggambarkan tangan manusia merapat dan menyatu menyembah Tuhan. Tumpeng menyimpan harapan agar kesejahteraan maupun kesuksesan semakin meningkat.


Baca juga: UU Haji Permudah Calon Jemaah Lansia


"Jadi tumpeng sebagai hidangan yang menyimbolkan komunikasi spiritual masyarakat Jawa kepada Sang Pencipta jika dipotong seakan memotong hubungan kita dengan sang pencipta kita," ujarnya.

Ria menambahkan bagian puncak tumpeng ditutup daun pisang yang melambangkan tempat bersemayam Sang Pencipta.

Sebelum menyantap tumpeng pun terdapat tata caranya. Tumpeng tidak dipotong melintang dan daun pisang di pucuk tidak dilepas. Tumpeng hanya boleh dikeruk sisi samping dari bawah. Orang pertama yang mengeruk tumpeng akan mengucapkan doa dalam hati.

Selain itu, keruk tumpeng melambangkan rasa syukur kepada Tuhan sekaligus ajaran hidup kebersamaan dan kerukunan. Bahkan, zaman dahulu para sesepuh yang memimpin doa akan menjelaskan makna tumpeng sebelum dikeruk dan disantap.

Kerukan nasi pertama biasanya diberikan kepada orang yang dianggap penting, dicintai, atau dituakan. Hal ini sekaligus mencerminkan ungkapan Jawa, mikul dhuwur mendhem jero yang mengandung makna nasihat kepada anak atau keturunan, generasi muda, atau bawahan agar memperlakukan orangtua atau orang lebih tua, pendahulu, pemimpin, atasan secara baik. Kemudian nasi tumpeng dapat disantap bersama yang bermakna berbagi rezeki.

Ria menambahkan bagi para gastronom memaknai tradisi menyantap makanan seperti tumpeng dan tradisi makanan lainnya di setiap daerah memiliki fungsi sosial-budaya yang berkembang dalam suatu masyarakat sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan tingkat pendidikan. Makanan yang disajikan merupakan hasil dari adaptasi manusia terhadap lingkungan di sekitarnya.

"Sebagai produk budaya, makanan tidak hanya dilihat secara fisik saat dihidangkan, tetapi dipelajari secara menyeluruh di setiap proses pembuatannya, mulai dari penyediaan dan pemilihan bahan baku, memasak, sampai menghidangkannya di meja makan sebagai rangkaian kegiatan budaya," pungkasnya. (RO/OL-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik