Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Langkah Jitu Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Muhamad Rizqi Hidayat
15/3/2019 21:30
Langkah Jitu Menghadapi Revolusi Industri 4.0
(Ist)

INTERNATIONAL Islamic University Malaysia (IIUM) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bekerja sama dengan lembaga penelitian dan publikasi Institute For Engineering Research and Publication (IFERP) menyelenggarakan Konferensi Internasional Rekayasa dan Teknologi Internasional di Jakarta pada Jumat (15/3).

Rektor UNJ, Intan Ahmad, mengatakan bahwa dalam menghadapi revolusi industri 4.0 akan ada banyak perubahan yang ditemui. Baik dalam cara bekerja, berinteraksi, juga dalam cara belajar. Maka institusi pendidikan, dalam hal ini universitas berada dalam posisi yang sulit karena cenderung konservatif.

"Yang kita hadapi sekarang, dengan adanya revolusi industri 4.0 cara kita bekerja, berinteraksi dan belajar berubah. Maka universitas posisinya tidak mudah karena cenderung konsevatif. Tetapi sistem pendidikan di kita sekarang itu dibuat untuk menghadapi revolusi industri sebelumnya," tuturnya kepada Media Indonesia usai acara pembukaan.

Intan menambahkan yang bisa dilakukan oleh kampus yaitu mempersiapkan para lulusannya agar bisa adaptif dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Selain itu, ada beberapa hal yang penting dimiliki setiap individu agar bisa menghadapi revolusi industri ini.

"Revolusi industri 4.0 bukan suatu yang menakutkan karena pasti ada pekerjaan yang baru. Namun harus ada 4 hal yang dimiliki, yaitu kreatif, mampu berkomunikasi, berkolaborasi, dan harus mempunyai kemampuan untuk berpikir kritis," tambahnya.


Baca juga: Langkah Jitu Menghadapi Revolusi Industri 4.0


Lebih lanjut ia mengatakan, dengan adanya revolusi industri 4.0 ini lapangan kerja yang baru akan terbuka. Dengan adanya penemuan baru, pekerjaan yang dibutuhkan keahlian manusia juga akan terus ada.

"Sekarang melihatnya begini, dari revolusi industri 1.0 semua pekerjaan dilakukan oleh manusia, sampai ditemukan mesin uap. Sehingga segalanya dilakukan oleh mesin. Dengan adanya penemuan baru, tentu akan muncul lagi suatu pekerjaan yang membutuhkan kemampuan manusia. Jadi jangan khawatir. Ini sesuatu yang pada masa lalu juga terjadi," paparnya.

Intan mengatakan inovasi yang ada saat ini tetap membuka pekerjaan baru yang membutuhkan kemampuan manusia. Ia mencontohkan dengan adanya layanan transportasi daring.

"Kita lihat saja, misalkan ojek daring, itu menambah pekerjaan. Memang, bisnis transportasi yang lain itu berkurang, tapi muncul bisnis baru, jadi pekerjaan baru," imbuhnya.

Konferensi untuk peneliti juga menjadi penting guna menghadapi revolusi industri 4.0. Selain menjadi wadah bertukar pikiran mengenai penelitian, juga membangun jejaring agar bisa meningkatkan posisi penelitian menjadi lebih baik dan berdaya guna.

"Kita berbicara riset terapan, maka penelitian harus lebih berdaya guna," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya