KEBAKARAN hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Provinsi Riau dan daerah lainnya hampir 100% akibat ulah manusia. Karhutla di Riau yang kini dalam status siaga darurat terjadi akibat pembukaan lahan untuk perkebunan dengan cara dibakar, terutama di lahan gambut.
"Kebakaran lahan gambut di Riau sebagian besar karena aktivitas manusia, yakni sebesar 98%," kata Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wisnu Widjaja di kantornya, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, BNPB sudah maksimal mencegah karhutla di Riau. Namun, oknum yang melakukan pembakaran selalu memiliki berbagai cara untuk membakar lahan.
Antara lain dengan menempatkan obat nyamuk bakar, sehingga beberapa saat kemudian lahan akan terbakar. cara lainnya, menggunakan tikus yang dibakar bagian ekornya, lalu dilepaskan dilahan gambut sehingga lahan lalu terbakar.
"Ada tiga pemicu kebakaran lahan gambut, yaitu hawa panas yang dibawa oksigen, terik matahari, dan bahan bakar. Bila salah satu pemicu terpenuhi dan air tanah (di lahan gambut) sudah turun hingga 40 sentimeter (dari permukaan), lahan gambut mudah sekali terbakar," katanya.
Menurut Wisnu, upaya yang dilakukan dalam mencegah karhutla, antara lain melakukan water bombing. Saat ini pihaknya telah mengerahkan lima helikopter untuk melakukan pencegahan, yakni 1 helikopter TNI, 1 unit milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 1 unit milik BNPB, 1 unit bantuan dari swasta, dan satu helikopter yang disewa dari luar negeri. Daya angkut helikopter tersebut mencapai 4 ton air.
Pencegahan dilakukan dengan cara membasahi lahan gambut yang kering melalui water bombing dan teknologi hujan buatan di titik rawan panas. Ia menyebutkan, kebakaran juga berpotensi terjadi pada Juni hingga bulan Oktober mendatang akibat lahan gambut yang kering.
Baca Juga: BMKG: Waspada Potensi Gelombang Tinggi Hingga Akhir Pekan
Agar karhutla seperti yang saat ini terjadi di Riau tidak terulang pada Juni-Oktober, BNPB dibantu personel TNI akan menjaga dan mengawasi daerah lahan gambut yang kering dan rawan kebakaran tersebut.
Langkah hukum
Dirjen Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridho Sani mengatakan, personel KLHK saat ini tengah menganalisis sebaran titik panas untuk mengetahui posisi kebakaran berdasarkan peta lahan konsesi di Riau. Jika ada lahan konsesi yang ikut terbakar, pihaknya bakal menyiapkan langkah hukum.
"Kami sedang melakukan analisis semua titik panas (hotspot) yang ada. Kami akan mengambil langkah-langkah hukum apabila terjadi kebakaran di lahan konsesi," kata Rasio di Jakarta.
Berdasarkan analisis, ujarnya, saat ini terdapat indikasi titik panas di lahan konsesi perkebunan. oleh karena itu, pihaknya bakal melakukan verifikasi dan pengecekan lapangan untuk memastikannya.
Berdasarkan arahan Presiden, BNPB menggandeng beberapa pihak untuk berkontribusi menanggulangi karhutla, di antaranya ahli biologi Universitas Indonesia Jatna Supriatna dan Rahma Hanifa dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung. (H-1)