Muhammadiyah mendorong kehidupan toleransi beragama yang lebih otentik dengan membangun sikap terbuka, saling menghormati, dan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dalam bentuk yang konstruktif dan produktif.
Selama ini Muhammadiyah telah banyak bekerja sama lintas iman, termasuk dengan umat Kristiani dalam berbagai bidang kemanusiaan, seperti penanggulangan bencana, kesehatan, pendididkan, pelestarian lingkungan, hak azasi manusia dan anti korupsi.
Hal tersebut dikemukakan Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti melalui rilisnya kepada Media Indonesia, Rabu (23/12).
Terkait perayaan Natal, ia menyatakan Muhammadiyah dengan seluruh organnya, khususnya Komando Kesiap-siagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) dan Bela diri Tapak Suci Putera Muhammadiyah, tidak akan melakukan pengamanan Natal.
"Muhammadiyah menyerahkan dan mempercayakan sepenuhnya masalah keamanan nasional, termasuk pengamanan Natal kepada aparatur keamanan baik kepolisian maupun Satpol PP," ujarnya.
Hemat dia, pengamanan Natal oleh masyarakat, di satu sisi, mencerminkan adanya toleransi. Tetapi, pada sisi yang lain, menimbulkan kesan bahwa suasana Indonesia tidak aman sehingga aparatur keamanan membutuhkan bantuan masyarakat. Selain itu dapat menyuburkan kebangkitan kelompok para-militer dan premanisme.
Dengan tidak melakukan pengamanan Natal, lanjut Abdul Mu'ti, tidak berarti Muhammadiyah tidak toleran. Muhammadiyah bahkan telah membangun toleransi dalam langkah nyata.
Pemerintah, dalam hal ini aparatur keamanan, hendaknya melakukan pengamanan Natal secara wajar dan tidak berlebihan karena dapat menimbulkan suasana psikologis dan politis negara tidak aman. Jika perlu Pemerintah membatasi pengamanan Natal oleh Ormas karena dapat kontraproduktif yaitu premanisme.(Q-1)