Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ADA suasana yang berbeda ketika memasuki wilayah Rukun Warga (RW) 11, Kelurahan Kayu Besar, Kecamatan Cengkareng Timur, Jakarta Barat. Jalan utama tampak resik dan asri. Selokan-selokan pun terlihat bersih, berpadu dengan aneka mural apik berisi imbauan akan lingkungan, kesehatan, maupun pendidikan. Di awal jalan utama, berdiri gapura selamat datang bertuliskan semboyan ‘bersih, sehat, cerdas, dan produktif’, turut menyambut siapapun yang memasuki lingkungan ini.
Banyak orang mungkin akan ‘pangling’ dengan keelokan RW 11 tersebut. Bisa dikatakan, paras kawasan ini telah berubah nyaris 180 derajat. Dulu, paling tidak sebelum 2013, lingkungan RW 11 yang memang padat, acap tampak kumuh. Seolah tak terawat. Hal tersebut diakui Sekretaris RW 11 Sulaiman.
“Saking padat dan kotornya, wilayah RW 11 ini sempat mendapat stigma sebagai salah satu RW kumuh di DKI Jakarta selama bertahun-tahun,” ungkapnya saat berbincang di Pos RW 11, Jumat (28/12).
Sadar akan pentingnya efek lingkungan yang bersih terhadap kesehatan dan kualitas kehidupan, pada tahun 2013, beberapa warga mulai bergerak melakukan penghijauan secara mandiri. Momentum tersebut juga menjadi titik balik kesadaran para warga RW 11 Cengkareng Timur. Perlahan, mereka mulai membangun inisiatif untuk melakukan penghijauan. Mulai dari hal sederhana seperti memilah sampah rumah tangga sampai memanfaatkan wadah-wadah bekas sebagai media tanam untuk penghijauan.
Bak gayung bersambut, semangat para warga tersebut mendapat respons positif dari Astra International yang sebelumnya telah menjalin interaksi lewat pengadaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) pada 2016. Perusahaan tersebut memang dikenal memiliki atensi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui lingkungan yang bersih, sehat, cerdas, serta produktif.
“Kampung kami lalu terpilih mengikuti program KBA (Kampung Berseri Astra). Kami kemudian mendapat bantuan 100 pot tanaman untuk penghijauan, lalu diberi pendampingan dan pelatihan-pelatihan,” urai Sulaiman.
Dalam memberikan bantuan, Astra juga menggandeng pihak pemerintah, khususnya dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat. Contohnya, bekerja sama dalam memberi pendampingan dan pelatihan, seperti mengolah sampah organik menjadi pupuk, hingga menjalankan sistem bank sampah.
Bersama Astra, para pengurus RW kian giat membesut program-program yang dapat meningkatkan partisipasi warga dalam penghijauan. Misalnya, lewat kompetisi kebersihan lingkungan.
Dari total 14 Rukun Tetangga (RT) yang berada di RW 11, dipilih 4 terbaik dengan lingkungan paling hijau, bersih, dan asri. Para kampiun akan mendapat hadiah yang dikonversi menjadi aneka peralatan kebersihan dan penghijauan untuk lingkungan. Hadiah perlombaan tersebut didukung oleh salah satu anak perusahaan Astra International, yakni Auto 2000, lewat jaringan dilernya di sekitaran Cengkareng Timur, yakni Auto 2000 Cabang Kapuk.
Hijau di gang sempit
Sulaiman kemudian mengajak Media Indonesia ke wilayah RT 9 dan RT 8 yang merupakan peringkat 1 dan 2 dalam kompetisi lingkungan tersebut. Di sana, tidak sekadar bersih, suasana adem dan rindang pun begitu terasa dengan tanaman-tanaman yang menghampar sepanjang gang. Warna hijaunya nyaman dipandang.
Rimbunnya area gang yang relatif sempit, dengan lebar jalan sekitaran 2 meter, menjadi bukti kreativitas warga dalam melakukan penghijauan. Aneka tanaman hias ditempel di tembok rumah warga yang saling berhadapan. Botol plastik hingga peralon bekas yang tidak terpakai turut dimanfaatkan sebagai media tanam. Di sudut jalan yang agak lebar, pot tanaman berukuran lebih besar mengisi kekosongan ruang tersebut.
Tidak hanya tanaman hias, kebun sayur organik juga dimanfaatkan warga untuk menghijaukan lingkungan. “Belum untuk dijual, tapi sayur-sayur organik ini minimal bisa untuk dikonsumsi warga,” jelas Sulaiman yang sehari-hari juga berprofesi sebagai guru sekolah menengah kejuruan.
Saat Media Indonesia melintas, beberapa warga tampak bercengkerama dan tertawa gembira di depan sebuah warung. Anak-anak yang sedang menikmati masa libur sekolah tak mau ketinggalan meramaikan kampung. Ada yang sibuk dengan permainan tradisional seperti petak umpet dan gobak sodor, ada juga yang asyik menggowes sepeda ciliknya di sepanjang gang.
Meskipun begitu, tidak ada satupun sampah tercecer di jalanan. Tempat sampah dengan berbagai jenis peruntukan, seperti untuk sampah organik dan nonorganik, amat mudah ditemukan di sepanjang jalan. Yang terpenting, kata Sulaiman, kesadaran warga akan kebersihan lingkungan telah tercipta sehingga tempat sampah bukan hanya pajangan semata.
Kesadaran itu, misalnya, juga tampak dari cara warga mengelola limbah rumah tangga masing-masing. Kini, mereka terbiasa untuk memilah jenis sampah sebelum dibuang. Untuk sampah nonorganik seperti plastik dan botol, tiap dua minggu, warga berbondong-bondong menyetornya ke bank sampah yang berlokasi di samping Pos RW.
Di situ, mereka menimbang beban sampah nonorganik yang dibawa. Lalu, berat timbangan dikonversi menjadi uang yang dicatat dalam buku tabungan sampah. Uang tabungan itu bisa diambil saat hari-hari tertentu. Misalnya, ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri.
“Seperti saat Lebaran kemarin, warga membeli kebutuhan sembako hingga daging dari uang hasil tabungan sampah,” jelas Sulaiman.
Sementara itu, sampah organik seperti dedaunan, sisa makanan, dan sejenisnya ditampung dalam tabung berisi air hingga berubah menjadi komposter yang bermanfaat untuk kesuburan tanaman.
Bahkan, air cucian beras untuk makan sehari-hari tidak langsung dibuang ke saluran pembuangan. Warga menampung air cucian beras tersebut di wadah yang ditempatkan di sudut-sudut gang. Air cucian beras tersebut kemudian digunakan untuk menyiram tanaman sehari-hari.
Air cucian beras memang memiliki beragam manfaat untuk tanaman, di antaranya, karena mengandung zat pati, mampu menghambat pertumbuhan patogen, mengurangi syok transplantasi, membantu proses fotosintesis, mencegah tanaman layu, hingga mempercepat pertumbuhan bunga. Ilmu itu didapat warga setelah adanya pelatihan dari ahli yang didatangkan pihak Auto 2000.
Empat pilar program
Muhammad Ichwanudin dari CSR and Security Auto 2000 Head Office mengaku awalnya tidak mudah mengubah kerangka pikir warga dalam meningkatkan kualitas lingkungan mereka. “Tantangan banget untuk menyukseskan program KBA di Cengkareng ini, karena karakter lingkungannya jauh berbeda dengan misalnya seperti di tempat tinggal saya di Depok atau di Jakarta Selatan.”
“Namun, berkat dorongan para pengurus, didukung realisasi yang berkelanjutan dari program Astra, semua tergerak untuk membuat lingkungan RW 11 Cengkareng Timur menjadi lebih nyaman,” imbuh Ichwanudin.
Target pihaknya di 2019, paling tidak ada 3 RT lagi yang masuk kategori zona hijau seperti RT 8 dan RT 9. “Tahun depan akan diadakan lagi lomba kebersihan.”
Di samping pengembangan program lingkungan, Astra dan warga RW 11 juga tengah membenahi tiga program lain yang menjadi pilar KBA, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan.
Untuk bidang pendidikan, beasiswa berupa uang tunai juga rutin diberikan setiap 6 bulan bagi 18 pelajar SD, SMP, dan SMK yang berprestasi dan tercatat sebagai warga RW 11 Cengkareng Timur.
Sementara itu, November lalu, SDN 21 Cengkareng Timur mendapat penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi yang diberikan langsung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Penghargaan tersebut diperuntukkan sekolah berwawasan lingkungan yang dicanangkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pada 2019, sekolah ini ditargetkan untuk mempertahankan penghargaan tersebut.
Sebelumnya, Astra memang turut membantu dalam pendampingan manajemen sekolah yang baik, menghibahkan aneka perlengkapan untuk penghijauan sekolah, membuat kantin sehat, bank sampah di sekolah hingga fasilitas rak buku untuk di perpustakaan.
Astra juga memberi perhatian pada pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan menyalurkan bantuan alat peraga pendidikan bagi PAUD Ar Razak pada Maret lalu. Di samping itu, perusahaan tersebut mendatangkan pakar untuk memberi pembinaan mengenai pengelolaan PAUD yang efektif dan baik.
Lalu, dengan jumlah sedikitnya 500 keluarga, layanan kesehatan pun menjadi hal yang amat krusial di lingkungan yang sangat padat tersebut. Namun, di RW 11, posyandu yang ada saat ini masih kategori kelas terendah, yaitu kelas melati 3.
Untuk itu, Astra International secara berkala memberikan pelatihan mengenai manajemen posyandu, monitoring pelayanan, pengadaan peralatan medis, hingga obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan posyandu.
Adapun guna memperkuat perekonomian setempat, Astra menggugah semangat kewirausahaan warga dengan mengadakan program pelatihan dan pendampingan. Menurut Ichwanudin, untuk tahap awal, pihaknya menghelat materi kelas budidaya jamur tiram. Bukan hanya teori, warga yang berminat pun diajak berkunjung ke tempat budidaya jamur tiram untuk melihat langsung praktiknya.
Program budidaya itu dipilih karena potensi pasar jamur tiram di Jakarta masih besar. Di sisi lain, jamur tiram dapat dibudidayakan pada skala rumah tangga. “Suplai jamur tiram di Jakarta biasanya berasal dari Bogor dan Lembang. Kalau kita bisa menyediakan, itu bisa memotong ongkos distribusi yang lumayan signifikan,” jelas Ichwanudin.
Sebagai kelanjutan program tersebut, dijadwalkan pada Januari 2019, pihaknya akan membangun ‘Rumah Jamur’ di kawasan RW 11. Bahkan, jika produksi jamur telah berlangsung stabil, Astra dapat membantu ‘menjodohkan’ dengan supplier sehingga warga tidak perlu khawatir produk jamur mereka tersia-sia.
Ichwanudin mengakui, pada praktiknya, pelaksanaan program-program tersebut tak semudah membalik tangan. Namun, ia optimistis, dengan kolaborasi pihaknya bersama warga RW 11 yang kian bersemangat, cita-cita mewujudkan lingkungan berkualitas jempolan akan terwujud. Selamat tinggal sudah predikat permukiman kumuh! (OL-08)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved