Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Waspadai Potensi KLB Diare Pascabencana Tsunami

Indriyani Astuti
28/12/2018 10:35
Waspadai Potensi KLB Diare Pascabencana Tsunami
(Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek -- MI/ADAM DWI)

HASIL Rapid Health Assessment (RHA) atau penilaian cepat masalah kesehatan yang dilakukan bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pascabencana tsunami di Banten, menunjukkan sejumlah penyakit potensial menjadi kejadian luar biasa (KLB) yang bersumber dari lingkungan. HRA diperlukan untuk menilai kondisi kesehatan masyarakat di pengungsian.

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan ada tiga penyakit yang berpotensi menjadi KLB pasca bencana tsunami di antaranya diare, penyakit serupa influenza (ILI), dan suspek demam tifoid. 

Karena itu, tim promosi kesehatan yang terdiri dari tenaga kesehatan akan diberangkatkan ke sejumlah titik pengungsian serta tindakan yang harus dilakukan.

"Saat ini tim promosi kesehatan tengah mempersiapkan segalanya mulai dari tim dan logistik yang akan dibawa, rencananya Jumat (28/12), mereka akan bergerak ke lokasi terdampak di Pandeglang. Tim promosi kesehatan akan bergerak di titik-titik pengungsian, dimulai dari pengungsian terbesar di Kecamatan Angsana, Pandeglang," ujar Menkes melalui siaran pers, pada Kamis (27/12) malam.

Baca juga: Kang Emil Namai Bayi Pengungsi Tsunami

Edukasi kesehatan akan dilakukan oleh tim ada di 11 titik pengungsian, yakni Cimanggu, Cigadung, Sumur, Caringin, Jiput, Cigeulis, Munjul, Carita (Desa Gombong), Labuan, Cigorondong, termasuk Angsana.

Menurut Menkes edukasi kesehatan ditujukan kepada para korban tsunami, khusunya ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, orang dewasa, dan Lansia. 

Mereka akan diberikan pemahaman tidak hanya tentang Diare, ILI, dan suspek demam tifoid, tapi jug pemahaman mendasar tentang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) selama berada di pengungsian.

“Kapan pun dan dimanapun dalam situasi apapun, PHBS harus tetap disadari dan dilakukan. Tsunami memang mengubah kondisi lingkungan, misalnya sanitasi menjadi rusak, tapi PHBS harus tetap diusahakan,” ujarnya.

Edukasi kesehatan akan dilakukan dengan berkoordinasi bersama petugas kesehatan setempat, relawan, dan pihak lain yang fokus pada upaya pencegahan masalah kesehatan pascatsunami. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya