Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

KLHK Optimalkan Pengelolaan Sampah di Labuan Bajo

Puput Mutiara
19/12/2018 08:00
KLHK Optimalkan Pengelolaan Sampah di Labuan Bajo
(Dok KLHK)

PERSOALAN sampah di Labuan Bajo, yang merupakan gerbang masuk kawasan wisata Taman Nasional (TN) Komodo, sudah pada tahap memprihatinkan, bahkan darurat. Berdasar data Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Labuan Bajo memproduksi 112,4 meter kubik sampah atau setara 12,8 ton dalam satu hari.

Labuan Bajo memang memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) namun luasnya hanya 25 x 90 meter. Dengan kata lain, tidak seimbang dengan produksi sampah harian yang jenisnya bermacam-macam.

“KLHK memberi perhatian khusus untuk pengelolaan sampah di Labuhan Bajo dan TN Komodo karena merupakan kawasan pariwisata prioritas nasional. Sustainability dari pariwisata Labuhan Bajo dan TN Komodo akan sangat ditentukan pengelolaan lingkungannya, di antaranya pengelolaan sampahnya. Untuk itu, KLHK melakukan upaya holistik, dari edukasi dan sosialisasi kepada publik hingga dukungan sarana dan prasarana bagi pemerintah daerah,” ujar Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati, beberapa waktu lalu.

Vivien menyatakan KLHK sedang membangun Labuan Bajo Recycling Park (LBRP), yang merupakan pusat daur ulang terintegrasi, meliputi unit composting, unit bank sampah induk, unit urban farming tanaman organik, dan pusat pelatihan.

“LBRP ini diharapkan dapat menyelesaikan 50%-60% persoalan sampah di Labuan Bajo dengan memanfaatkan sampah sebagai sumber daya yang dikenal sebagai prinsip circular economy,” ujarnya.

Kapasitas bank sampah dan pusat daur ulang sampah yang akan dibangun mencapai 5 ton per hari. Tujuan utamanya ingin menjadikan Kabupaten Manggarai Barat bersih serta memberikan nilai lebih kepada masyarakat terkait dengan pengelolaan sampah.

KLHK juga memberi pendampingan dan edukasi kepada masyarakat dan komunitas tentang cara memilah sampah. Diharapkan, dengan upaya itu sampah yang dikelola menghasilkan produk yang lebih bernilai, seperti sampah organik yang diolah menjadi kompos.

Terkait dengan edukasi, KLHK menyosialisasikan cara pengelolaan sampah dengan benar kepada anak-anak sekolah. Mereka dibekali pemahaman untuk tidak membuang sampah sembarangan yang dapat merusak lingkungan hingga berpotensi mengancam keberlangsungan hidup manusia. Karena itu, anak-anak sekolah diajari cara memilah sampah yang mereka buang berdasarkan jenisnya. Selain itu, para siswa diberi buku sekolah dan tumbler.

Dari sisi kelembagaan, untuk menyosialisasikan pengelolaan sampah yang benar, KLHK juga menggandeng pihak-pihak terkait seperti perangkat desa dan pengelola sampah untuk melakukan diskusi. Termasuk menggelar musyawarah desa terkait dengan pendampingan penyusunan peraturan desa tentang pengelolaan sampah.

Secara umum, tata kelola sampah tidak hanya dilakukan di pusat kawasan wisata Labuan Bajo, tetapi juga sampai menyentuh beberapa pulau berpenduduk di sekitarnya, antara lain Pulau Messah, Pulau Papagarang, Pulau Rinca, dan Kampung Wisata Komodo.

Sarana dan prasarana
Upaya lain yang dilakukan KLHK ialah dengan pemberian sarana-prasarana, seperti meja, kursi, lemari, dispenser, galon dan gelas, sarung tangan, karung, juga tangki air kapasitas 1.200 liter. Beragam fasilitas itu diharapkan dapat membantu kegiatan operasional kantor pusat daur ulang sampah di Labuan Bajo.

Bukan hanya itu, KLHK juga menyediakan moda transportasi berupa dua sepeda motor roda tiga lengkap dengan mesin pres hidraulis berukuran 500x500x500 mm/pres yang telah diserahkan kepada pengelola pusat daur ulang sampah di Laboan Bajo.

Adapun untuk mendukung proses pengolahan sampah atau daur ulang menjadi produk yang lebih bernilai KLHK memberi mesin pengayak yang memiliki kemampuan 645 kg/jam, mesin granulator 200 kg/jam, mesin conveyor pemilah 1-3 m3/jam, dan mesin conveyor freeder 2.941 kg/jam.

Beberapa kantor yang ada di Labuan Bajo juga diberikan tempat sampah terpilah sebanyak enam set. Bahkan, KLHK akan memberikan empat set tempat sampah tematik di bandara dan taman kuliner, serta menyerahkan satu kapal pengangkut sampah untuk Kabupaten Maba.

Untuk itu semua, estimasi total biaya operasional pengembangan pengelolaan sampah diperkirakan sebesar Rp16.330.000 dengan estimasi biaya pemeliharaan Rp3.100.000. Untuk biaya operasional kantor pusat daur ulang per bulan bisa mencapai Rp23.530.000.

Kapal sampah
Terkait masalah sampah, pemerintah pusat tetap memperhatikan seluruh wilayah perairan laut Indonesia. Belum lama, pemerintah menunjukkan kepedulian terhadap upaya pengolaan sampah di laut dekat wilayah perairan Kota Labuan Bajo berupa pemberian bantuan kapal sampah berkapasitas sekitar 7 gross tonnage yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat.

Hal itu membuktikan bahwa penanganan masalah sampah merupakan tanggung jawab bersama. Persoalan sampah di Labuan Bajo sendiri selama ini sudah berlarut-larut dan mendapat sorotan berbagai kalangan. Kendati berbagai upaya dilakukan untuk menangani masalah sampah tersebut, sampah dengan cepat kembali menumpuk akibat aktivitas kapal ataupun yang terbawa arus dari pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Kapal sampah itu kini telah dioperasikan secara rutin untuk mengangkut sampah di wilayah perairan sekitar Kota Labuan Bajo. Sampah yang diangkut selanjutnya dikumpulkan di pantai untuk dibawa ke lokasi pendauran ulang dan tempat pembuangan akhir sampah di Labuan Bajo. (S1-25/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anwar Surachman
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik