Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

LIPI: Perubahan Iklim Akibatkan Terumbu Karang Rusak

Dhika Kusuma Winata
28/11/2018 17:50
LIPI: Perubahan Iklim Akibatkan Terumbu Karang Rusak
(MI/Sumaryanto Bronto)

LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) menyatakan kondisi terkini terumbu karang di Indonesia mengalami penurunan. Perubahan iklim yang menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) disebut sebagai faktor dominan rusaknya terumbu karang di Indonesia.

"Kondisi terumbu karang mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meningkatnya persentase terumbu karang kategori jelek lebih banyak disebabkan oleh faktor alami seperti perubahan iklim yang mengakibatkan coral bleaching. Faktor alami lain ialah hama atau penyakit," ungkap Kepala LIPI P2O Dirhamsyah saat penyampaian Status Kondisi Terumbu Karang Indonesia 2018 di Gedung LIPI Jakarta, Rabu (28/11).

Temuan itu didapat berdasarkan hasil penelitian dan pemantauan pada total 1.067 site area terumbu karang di seluruh Indonesia. Terumbu karang dalam kategori jelek sebanyak 386 site (36,18%), kategori cukup sebanyak 366 site (34,3%), kategori baik sebanyak 245 site (22,96%) dan kategori sangat baik sebanyak 70 site (6,56%).

"Tren secara umum terumbu karang dalam kategori baik dan cukup mengalami penurunan, namun sebaliknya kategori sangat baik dan jelek mengalami peningkatan," imbuh Dirhamsyah.

Baca Juga:

IMF-WB Akan Bahas Perlindungan Terumbu Karang

Selain faktor perubahan iklim, penyebab lainnya menurunnya kesehatan terumbu karang ialah faktor antropogenik (aktivotas manusia) seperti sedimentasi, pencemaran, hingga pengeboman dan pengambilan karang yang berlebihan.

Hasil pengukuran terkini melalui pemetaan citra satelit, luas terumbu karang Indonesia mencapai 25.000 km2 atau sekitar 10% dari total terumbu karang dunia yang seluas 284.300 km2. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai pusat segitiga karang dunia yang memiliki kekayaan jenis karang paling tinggi yaitu 569 jenis dari 82 marga dan 15 suku atau sekitar 70% lebih jenis karang dunia.

Dirhamsyah juga menjelaskan pengukuran tersebut didasarkan pada kriteria persentase tutupan karang hidup dengan kategori sangat baik yakni tutupan karang 76-100%, kategori baik (tutupan 51-75%), cukup (tutupan 26-50%) dan jelek (tutupan 0-25%).

Beberapa daerah dengan kesehatan karang rendah ialah di perairan Nias, Lampung, Pulau Sengkarang (Spermonde), Sekotong, dan Biak. Adapun wilayah perairan dengan indeks kesehatan karang baik antara lain Wakatobi, Kendari, Batam, dan Belitung.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya