Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Tema Harmoni Bisnis dan Alam

Retno Hemawati
13/10/2018 03:00
Tema Harmoni Bisnis dan Alam
(MI/ADAM DWI)

INDONESIA dikenal sebagai negara agraris. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya dari hasil produksi pertanian. Ironisnya, nasib para petani di negeri ini justru terabaikan, bahkan banyak yang tergolong miskin.

Bersyukur masih banyak yang tergerak untuk memberdayakan para petani dan keluarga dari petani seperti kedua narasumber Big Circle pada episode ke-75 pekan ini, yakni Heni Sri Sundani dan Khafidz Nasrullah.

Heni seorang lulusan Diploma III jurusan teknologi dan informasi dengan nilai terbaik yang kembali membekali dirinya dengan menempuh kuliah Jurusan Manajemen Kewirausahaan Universitas Saint Mary Hong Kong. Hebatnya, Heni lulus dengan predikat cum laude. Pada 2013, seusai menggenggam gelar sarjana sains di bidang manajemen kewirausahaan, ia pulang ke kampung halamannya di Rancatapen, Ciamis, Jawa Barat.

Melihat kondisi kampungnya tidak banyak berubah untuk urusan pendidikan, Heni tidak tinggal diam. Berbekal lebih dari 3 ribu buku yang dibeli di Hong Kong, ia kemudian mendirikan perpustakaan di rumahnya. Siapa sangka, kehadiran perpustakaan menumbuhkan minat baca warga sekitar. Semangat Heni untuk menjalankan perpustakaan semakin menggebu. Tidak selang berapa lama, ia menikah dengan Aditia Ginantaka dan pindah ke Bogor tinggal bersama suami.

Tantangan baru

Meski tidak lagi tinggal di kampung halamannya, perpustakan tetap berjalan. Di Bogor Heni kembali mendapati kenyataan yang membuatnya harus mengelus dada. Sebagian besar warga kampung di sekitar perumahan tempat tinggal Heni dan suami ternyata bermata pencarian sebagai buruh tani, pengojek, buruh kasar, dan asisten rumah tangga.

Yang lebih miris, warga sekitar kata Heni memanfaatkan selokan untuk MCK (mandi, cuci, dan kakus). Melihat kondisi tersebut, ia berdiskusi dengan suami untuk mencari solusi membantu mereka.

Dari situ terciptalah Gerakan Anak Petani Cerdas (GAPC) dengan Heni ingin mendidik dan memberi pendampingan belajar kepada anak petani miskin. GAPC juga mengajarkan tiga aspek pelajaran dasar, yakni kemampuan linguistik dan bahasa asing, kemampuan literasi, dan kemampuan logika serta membekali mereka dengan kemampuan komputer, pertanian, peternakan, perkebunan, dan bahasa daerah.

Awalnya hanya mendidik 15 siswa di Kampung Sasak, Desa Jampang, Bogor. Kini GAPC tersebar di lebih dari 11 kampung dengan peserta 2 ribu anak, mulai anak petani, anak asisten rumah tangga, anak TKI, anak pengojek, sampai pemulung.

Sementara itu, untuk pendanaan, GAPC banyak mengandalkan kebaikan dari donatur dengan cara membuka kesempatan donatur dengan cara berinvestasi di hewan kurban atau investasi tambak ikan lele dengan sistem bagi hasil di kisaran petani: 50%, investor: 40%, komunitas: 10%, dan memberdayakan 100 petani di Bogor, Lombok, Tasikmalaya, Banjar, dan Ciamis.

GAPC juga memberdayakan istri-istri petani memproduksi anyaman keset yang berasal dari limbah perca pabrik boneka. Penerima manfaat dari seluruh program ini mencapai lebih dari 150 ribu orang dari Aceh hingga Papua, yaitu anak petani, janda-janda, dan ibu-ibu.

Untuk selengkapnya saksikan Big Circle, Dream Big Make an Impact dalam episode Harmoni Bisnis dan Alam yang akan tayang pada Minggu, 14 Oktober 2018, pukul 19.05-20.00 WIB, hanya di Metro TV. (H-2)

==================================================

Tulisan 2: Nares Essential Oils Memulai dari Kemiskinan

---

NARASUMBER selanjutnya ialah sosok sederhana yang berasal dari Kendal, Jawa Tengah. Khafidz Nasrullah terlahir dari keluarga buruh tani yang hidup serbaprihatin.

Setiap hari keluarganya kesulitan untuk makan. Karena melihat kondisi ini, Khafidz yang beranjak dewasa bertekad mengubah keadaan. Ia ingin membawa perekonomian keluarga menjadi lebih baik dengan berkuliah.

Pekerjaan apa pun ia jalani untuk menambah uang kuliah dan uang saku. Hingga akhirnya ia kembali ke kampung halaman dan melihat di belakang rumahnya banyak sekali daun cengkih berguguran dan di desanya ternyata ada penyulingan minyak daun cengkih.

Dari situlah Khafidz bertekad membuka usaha kecil-kecilan menyuling minyak asiri yang kelak bernama Nares Essential Oils. Melalui sebuah PT Kendal Argo Atsiri dengan produk andalannya Nares Essential Oils, ia mampu membuka usaha dengan memiliki khasiat menjaga kondisi tubuh agar tetap prima juga mencegah penyakit. Nares yang dikemas dalam bentuk botol 10 mililiter dan terbuat dari bahan-bahan alami. Essential oil ini aman dioleskan pada kulit dan juga aman diteteskan pada minuman.

Dari skema pengelolaannya, Nares memiliki dua skema dalam mengelola lahan pertanian, yaitu bekerja sama dengan petani pemilik lahan dan mengajari petani tersebut menanam lavendel, lemon grass, jasmine, dan membeli dengan harga di atas pasar ketika sudah panen.

Nilai edukasi inilah yang terus dihembuskan Khafidz kepada para petani binaannya sehingga mampu meningkatkan pola kerja dari semula serabutan menjadi lebih terarah.

Saat ini Nares tengah membangun pabrik baru untuk menambah kapasitas produksi hingga dua kali lipat dan dengan bertambahnya kapasitas produksi, bertambah pula pemberdayaan terhadap petani Kendal, Jawa Tengah, dan Kupang, NTT, dari saat ini hampir 3.000 petani menjadi 5.000. (Eno/H-2)

_________________________________

Prestasi Khafidz Nasrullah

1. Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri 2013.

2. Winner Global Student Entrepreneur Award Asia Pacific, Kuala Lumpur 2013.

3. Perwakilan Indonesia dalam Global Student Entrepreneur Award, Washington DC 2013.

4. Bupati Kendal Awards 2015.

5. 40 Under 40 Fortune Indonesia 2013.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya