Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
GEMPA dengan kekuatan 7,7 SR dan disertai tsunami terjadi pada Jumat (28/9) di Palu, Sulawesi Tengah.
Literatur-literatur terdahulu tentang studi potensi gempa dangkal, dari sesar Palu-Koro menyebutkan bahwa sesar yang melintasi Donggala dan Palu hingga Laut Sulawesi merupakan sesar aktif. Bahkan wilayah itu, seperti disebutkan dalam banyak kajian, bila terjadi gempa berskala besar bisa memicu terjadinya tsunami.
Perekayasa Bidang Kelautan Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengatakan hasil analisa kaji cepat pascagempa di Palu, menunjukkan bahwa telah terjadi deformasi daratan dan dasar laut.
"Fenomena ini menimbulkan bencana dan kerusakan parah terhadap infrastruktur jaringan jalan, jembatan, fasilitas umum seperti rumah sakit, bandara, kantor publik dan permukiman," kata Widjo Kongko, Sabtu (29/9).
Terkait dengan hal itu, BPPT membentuk dan mengirim tim untuk menganalisa dan observasi di lapangan, sekaligus memperoleh data yang lebih detail dan mendalam terkait dampak gempa.
Data ini sangat diperlukan untuk kajian dan pengembangan teknologi, terutama terkait rancang bangun dan rekayasa yang inovatif dan berkesinambungan guna pemulihan/recovery daerah terdampak.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza mengatakan peristiwa gempa di Palu, sebetulnya bisa diminimalisasi baik dari segi kerusakan dan korban jiwa.
Hingga kini, pemerintah masih disibukkan dengan upaya penanganan pascagempa. Sementara upaya antisipasi masih sangat minim dan belum menjadi perhatian.
"BPPT telah memiliki berbagai teknologi yang siap digunakan untuk mengantisipasi bencana gempa serta tsunami," kata Hammam.
BPPT pun sempat mengawali program BUOY InaTEWS untuk peringatan dini tsunami. Setelah itu, BPPT terus melakukan kajian gempa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai milik BPPT di Yogyakarta, serta Multi Hazard Early Warning System (MHEWS).
“Ke depan atau bahkan sesegera mungkin, sinergi yang kuat antara berbagai pemangku kepentingan untuk menggunakan teknologi. Teknologi mampu berperan signifikan dalam upaya mengurangi risiko bencana gempa bumi,” tegasnya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved