Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Tim KLHK Pantau Orang Utan di Lokasi PLTA Batang Toru

Dhika Kusuma Winata
27/9/2018 18:35
Tim KLHK Pantau Orang Utan di Lokasi PLTA Batang Toru
(mi/grafik)

KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memantau keberadaan orang utan tapanuli (Pongo tapanuliensis) di sekitar kawasan areal penggunaan lain (APL) Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.

Hasil pemantauan terakhir menunjukkan kepadatan orang utan di kawasan tersebut terbilang rendah. Dalam pemantauan, ditemukan beberapa sarang orang utan yang berjarak 7 kilometer dari rencana lokasi power house PLTA Batangtoru.

"Berdasarkan penelitian terakhir, kepadatan orang utan di blok selatan ini memang terbilang rendah. Hanya sekitar 0,41 individu per kilometer persegi," kata Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli Ditjen KSDAE KLHK, Wanda Kuswanda, melalui keterangan pers yang diterima Kamis (27/9).

Keberadaan orang utan tapanuli di kawasan Batang Toru tersebar pada tiga blok terpisah, yakni blok barat, timur, dan selatan. Luas keseluruhan kawasan Batang Toru mencapai 163,846 hektare. Populasi terbanyak berada di blok barat, yang mengarah ke Adian Koting, Kabupaten Tapanuli Utara.

Berikutnya berada di blok timur, yakni wilayah cagar alam (CA) Sipirok di Tapanuli Selatan, dan yang paling sedikit berada di blok selatan, terutama cagar alam Sibual-buali.

Di blok lain, kata Wanda, kepadatan populasi orang utan bisa mencapai 0,7 hingga 0,8 individu per kilometer persegi. Kawasan blok selatan yang minim jumlah individu orang utan itu berbatasan dengan APL, yang merupakan lahan perkebunan rakyat.

"Masyarakat menanami lahannya dengan pohon karet, petai, dan durian. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru yang dalam proses pembangunan, juga berada di kawasan APL ini," imbuhnya.

Kepastian jumlah orang utan di kawasan Hutan Batangtoru masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Dikatakan Wanda, pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan penelitian di kawasan tersebut.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno menyatakan, keberadaan orang utan di kawasan Batangtoru menjadi perhatian utama pihaknya. Saat ini terdapat satu tim monitoring yang terus memantau aktivitas orang utan di sana, termasuk yang berada di sekitar APL.

"Orang utan di sana mempunyai tradisi bisa tinggal di dekat-dekat kebun-kebun masyarakat. Apalagi musim buah. Kalau buahnya habis, dia pergi ke daerah yang lebih tinggi lagi. Menariknya masyarakat di sana tidak menganggu orang utan," kata Wiratno.

Pengembang PLTA Batangtoru PT North Sumatra Hydro Energy (HNSE) pun diminta mengikuti rekomendasi KLHK mengadopsi pembangunan ramah lingkungan untuk memelihara keanekaragaman hayati ekosistem Batang Toru.

"Dengan demikian jika ada masalah orang utan, bisa langsung terdeteksi. Ada laporan harian yang bisa menjadi pedoman," ujar Wiratno. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya