Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Diare Penyebab Kematian Balita Tertinggi Kedua di Indonesia

Sri Utami
18/9/2018 18:28
Diare Penyebab Kematian Balita Tertinggi Kedua di Indonesia
(Ilustrasi seno)

ANCAMAN kematian pada balita masih menjadi masalah yang hingga kini menjadi perhatian serius pemerintah. Salah satu ancaman kematian tersebut yakni diare. Penyakit yang sering dianggap remeh tersebut kenyataanya menjadi pembunuh balita nomor dua setelah Pneumonia.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, Ariani Dewi Widodo menuturkan Indonesia sebagai negara tropis sangat rentan terserang diare pada balita yang belum memiliki kematangan saluran cerna dan daya tahan tubuh yang kuat. Setiap tahunnya terjadi seribu sampai lima ribu kematian akibat diare.

"Banyak yang menganggap penyakit ini ringan. Padahal dampaknya sangat besar secaa jangka panjang. Jadi penanganannya pun tidak bisa dengan menyimpulkan dengan pemberian antiobiotik. Penanganannya haruslah tepat," tuturnya, Selasa (18/9) di Jakarta Selatan.

Diare merupakan kondisi kekurangan cairan elektrolit yang disebabkan oleh gangguan pencernaan yang disebabkan oleh virus. Sehingga terjadi aktifitas keluarnya cairan termasuk mikronutrien yang sangat penting bagi tubuh dengan durasi akut 14 hari, normal atau lebih sering.

"Penyebab diare di Indonesia 54% disebabkan oleh virus. Dampak dari diare menyebabkan tinggi badan rendah atau stunting yang berpengaruh hingga usia 7 tahun, tingkat kebugaran yang tidak bagus serta perkembangan kecerdasan yang rendah atau terhambat," ungkapnya.

Dampak lainnya menurut Ariani selain zat penting yang terbuang saat diare seperti zink juga akan mengakibatkan kerusakan usus sedangkan stunting menurut data yang dia miliki tingkat prevelensinya meningkat menjadi 37,2%. Kondisi ini akhirnya menelurkan rekomendasi dari WHO dan Unicef juga pemerintah untuk menuntaskan ancaman diare.

"Tatalaksana dan rekomendasi itu yakni menggunakan oralit dengan dengan osmolaritas rendah, melanjutkan makan dan ASI, pemberian zinc selama 10-14 hari dan edukasi penanganan yang tepat kepada ibu," tegasnya.

Pemberian oralit sangat tepat dilakukan karena efektif mengatasi dehidrasi atau cairan elektrolit yang terbuang namun tidak mengatasi diare. Tapi tidak kalah penting pemberian zink yang berfungsi membersihkan kuman, memperbaiki penyerapan air dan elektrolit, regenerasi pemulihan sel, dan meningkatkan kadar enzim di usus.

"Indonesia termasuk defisiensi zinc sedang. Di berbagai negara sudah diteliti pemberian zinc bisa mengurangi waktu lamanya diare dan lebih cepat sembuh. Selain itu zink bisa terus diberikan dan diperlukan untuk Metabolisme sel, diferensiasi dan pertumbuhan sel regulasi DNA dan sintesis protein. Ini elemen penting pertumbuhan dan perkembangan anak," paparnya.

Dia berharap masyarakat menyadari kebutuhan zink sebagai kebutuhan mikronutrien anak. Selain itu pemberian oralit pada anak yang menderita diare tidak boleh dianggap sebelah mata.

"Oralit termasuk obat dewa terkadang pasien minta ke dokternya antibiotik untuk meredakan diare padahal oralit sudah tepat. Sedangkan zink zat yang sangat dibutuhkan tubuh yang bisa didapatkan dari konsumsi makanan seperti daging, brokoli udang dan lainnya," tandasnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya