Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
JUMLAH jemaah haji yang sakit dan wafat dalam penyelenggaraan ibadah haji 2018 berkurang jika dibandingkan dengan di 2017. Hal itu berkat ketatnya persyaratan istithaah (kemampuan) jemaah di bidang kesehatan.
Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusuf Singka, penanganan yang lebih baik itu lantaran adanya surat edaran Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali yang menetapkan hanya jemaah haji yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat melunasi biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH).
"Ini sangat positif bagi jemaah dan berkomitmen terhadap perlindung-an jemaah haji Indonesia," kata Eka saat dihubungi dari Mekah, Arab Saudi, kemarin.
Ia mengatakan pihaknya akan tetap memperketat kondisi kesehatan jemaah haji sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji. Ada tiga penyakit yang dianggap tidak memenuhi syarat kesehatan haji, yakni penyakit yang dapat mengancam jiwa, penyakit gangguan jiwa berat, dan penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Kemenkes, ujarnya, tidak sendirian dalam meloloskan jemaah ke Tanah Suci. "Kami yang memeriksa kesehatan jemaah, Kemenag yang mengeluarkan SPMA (surat panggilan masuk asrama) untuk jemaah. Kami selalu bekerja sama. Tujuannya agar jemaah haji dapat menu-naikan ibadah secara lengkap sesuai syariat Islam dan negara hadir dalam memberikan pelayanan, pembinaan, dan perlindungan terhadap jemaah," ujarnya.
Hingga kemarin siang waktu Arab saudi, berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag, jemaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci sebanyak 326 orang. Sementara itu, pada 2017 jumlah jemaah haji wafat sebanyak 657 orang.
Berdasarkan pantauan Media Indonesia di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekah, sepekan menjelang ditutupnya klinik tersebut, jumlah jemaah yang dirawat sebanyak 59 orang dan yang dirujuk ke sejumlah rumah sakit di Arab Saudi tercatat 75 orang.
Kepala KKHI Mekah dr Nirwan Satriya mengatakan tiga besar penyakit yang menyebabkan kematian di wilayahnya yakni respiratory disease (gangguan pernapasan), cardiovascular disease (jantung), dan shock sepsis (infeksi berat).
"Penyakit sudah ada bawaan dari Tanah Air, tapi tercetus di Tanah Suci. Pencetusnya banyak faktor, yakni cuaca, debu, dan kelelahan," kata Nirwan di kantornya, kawasan Aziziyah Janubiyah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved