Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
PASCAPUNCAK haji di Arafah pada 9 Dzulhijjah, Masjidil Haram tetap dipadati jemaah haji untuk melakukan umrah sunnah. Jemaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia, terlihat dengan berombongan menggunakan bus dari hotelnya menuju tempat miqat.
Miqat merupakan tempat di mana jemaah haji/umrah memulai berihram dan melafalkan niat haji/umrah. Berdasarkan pantauan, Kamis (6/9), jemaah haji Indonesia dengan berpakaian ihram memenuhi tempat miqat di Hudaibiyah, Tanim, dan Ji'ranah.
Kebanyakan mereka melakukan umrah sunnah pada waktu sore hari (bakda asar) sampai bakda isya agar tidak terlalu panas. Mereka tampak melakukan salat sunnah di masjid ketiga tempat miqat itu.
Seorang jemaah dari Blitar, Jawa Timur, Muawwirul Huda, 51, mengaku melakukan umrah sunnah hingga 8 kali. Begitu pula Hanafi, 50, jemaah haji asal Malang, Jawa Timur, mengaku sudah umrah ke 7 kali.
"Sekalian saya mengumrahkan keluarga saya dan keluarga istri yang meninggal," kata Hanafi yang ditemui di Hudaibiyah.
Tempat miqat ini terletak di sebelah barat Kota Makkah sekitar 7 kilometer dari Masjidil Haram.
Menanggapi fenomena umrah sunnah berkali-kali, Konsultan Ibadah Sektor XI Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Makkah, Mukhtar Salihin, mengatakan, tidak ada larangan syar'i melakukan umrah sunnah berulang kali.
"Memang sebaiknya umrah sunnah dilakukan setelah puncak haji. Kalau sebelumnya dikhawatirkan berpengaruh bagi kesehatan jemaah pada saat puncak haji," kata Mukhtar Salihin di Makkah, Kamis (6/9).
Menurutnya, jemaah banyak memanfaatkan waktu longgar dengan umrah sunnah, mulai dari miqat, tawaf, sa'i, hingga tahallul. Ada pula, kata dia, jemaah yang hanya tawaf sunnah.
"Banyak yang berpendapat kalau umrah sunnah selain waktu berhaji khan rata-rata harus mengeluarkan Rp20 juta-Rp30 juta sekali ke Tanah Suci. Jadilah kemudian jemaah memanfaatkan waktunya sekarang," ujar Guru Besar Bidang Tasawuf Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung ini.
Pertimbangan lain, lanjutnya, jemaah semakin intens beribadah di Masjidil Haram karena nilai ibadahnya yang tinggi, yakni 100 ribu kali ketimbang ibadah di masjid biasa. Adapun nilai ibadah di Masjid Nabawi sebesar 1.000 kali jika dibandingkan dengan di masjid lain.
Namun demikian, kata dia, jemaah harus mengukur kondisi stamina tubuh sehingga tidak ambruk kelelahan.
Kepala Sektor Khusus Masjidil Haram PPIH Daker Makkah, Slamet Budiono, mengatakan, pihaknya masih mengurus jemaah yang kelelahan atau kesasar meskipun tidak terlalu banyak seperti sebelum puncak haji.
Pasalnya, kata dia, jemaah sebagian sudah pulang ke Tanah Air bagi gelombang 1 dan sebagian jemaah sudah bergerak dari Makkah ke Madinah bagi jemaah gelombang 2.
"Jemaah masih ada yàng kami urus di Posko karena kelelahan. Menurut pengakuan jemaah, mereka ada yang umrah 5 sampai 12 kali, subhanallah," kata Slamet.
Terkait hal itu, Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr Nirwan Satriya mengatakan jemaah pasca puncak haji mengalami euforia dalam beribadah.
"Mereka mengalami euforia sehinggga tidak memperhatikan kondisi tubuh. Akibatnya banyak yang dirawat di KKHI," kata Nirwan.
Menurutnya, untuk merawat jemaah sakit pihaknya dibantu oleh Tim Pembimbing Ibadah Jemaah Haji Uzur (PIJU). Tim ini bertugas untuk memastikan apakah jemaah sudah melaksanakan rukun atau wajib haji belum.
"Mereka memberikan motivasi dan mengingatkan untuk tetap menjalankan kewajibannya untuk salat 5 waktu," ujarnya. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved