Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BEBERAPA menit sebelum kumandang azan salat lima waktu. Enam anak muda itu bergegas menghampiri para pasien yang dirawat inap di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di kawasan Aziziyah Janubiyah, Mekah, Arab Saudi.
Mereka mengingatkan kepada pasien yang notabene jemaah haji Indonesia itu untuk bersiap-siap melaksanakan salat lima waktu. Tidak hanya itu, bila si pasien belum makan, si anak muda itu memberinya makanan.
Keenam anak muda ini bekerja secara shift. Mereka bergantian mendampingi pasien sehingga salat lima salat waktu para tamu Allah itu tidak ada yang bolong. Mereka adalah para mahasiswa yang kuliah di Timur Tengah.
Mereka direkrut Kantor Urusan Haji Daerah Kerja Mekah untuk bergabung dalam Tim Pembimbing Ibadah Haji Uzur (PIJU).
“Banyak pengalaman seru melayani jemaah uzur. Intinya adalah kita harus sabar dan ikhas. Selain mengingatkan kewajiban sebagai muslim, kami juga memberikan semangat kepada para pasien dan mengingatkan doa-doa yang harus dibaca,” kata Nina Mariana, anggota Tim PIJU yang ditemui di Klinik KKHI, Selasa (4/9).
Karena komunikasi sudah terbuka dengan pasien, kata Nina, pasien pun kadang menceritakan hal-hal yang sifatnya personal.
“Ada yang bilang saya kayak anaknya, kayak cucunya atau kayak saudaranya. Beberapa di antaranya masih kontakan meskipun mereka sudah pulang ke Tanah Air. Bahkan, ada yang minta saya jadi mantunya,” ungkap Mahasiswa S-2 Sastra Arab University of Gezira Sudan ini sembari tertawa lepas.
Koordinator Tim Piju Afifah mengatakan pihaknya bertugas memastikan jemaah haji yang dirawat sudah melaksanan rukun dan wajib haji belum.
Hal itu penting, kata dia, agar jemaah yang sakit itu tetap bisa menunaikan rukun Islam kelima dengan sempurna. Belum lagi kewajiban-kewajibannya hariannya sebagai seorang muslim.
“Bila mereka tidak mampu melaksanakan rukun haji, seperti wukuf, ya kita safari wukufkan (diboyong ke Arafah), jika tidak mampu tawaf ifadah dan sa’I ya kita badalkan. Begitu pula bila merka tidak bisa menjalankan wajib haji, seperti melontar jumrah di Jamarat, kita badalkan (digantikan dengan orang lain,” jelasnya.
Menurut Afifah, ketika puncak haji, tepatnya melontar jumrah, tawaf ifadah, dia membadalkan lima orang pasien.
"Seluruh Tim Piju ikut membadalkan,” kata pegawai Kementerian Agama pusat ini.
Ketua KKHI Nirwan Satriya mengaku sangat terbantu dengan adanya Tim Piju.
“Pasien sembuh tidak hanya dengan tindakan medis. Yang lebih penting lagi adalah motivasi untuk sembuh. INi yang utama. Nah, di situlah tugas Tim Piju,” kata NIrwan.
Tim Piju, kata dia, akan bekerja sampai masa perhajian selesai pada 15 September mendatang.
Hingga Selasa (4/9) jumlah jemaah yang dirawat di KKHI Mekah sebanyak 140 pasien. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved