Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Menengok Sejarah agar tidak Salah Arah

Ade Alawi
05/9/2018 06:49
Menengok Sejarah agar tidak Salah Arah
(MI/Ade Alawi)

DARI pinggir jalan raya di kawasan Distrik Nuzha, Mekah, tampak gedung megah mirip sebuah kampus dengan halaman cukup luas. Gedung bernama Imarat Al Haramain Asy-Syarifain itu dibangun Raja Fahd bin Abdul Aziz.

Bangunan berornamen Arab Saudi ini disebut The Exibition of Two Holy Mosques Architecture (Museum Arsitektur 2 Masjid Suci).  Museum itu diresmikan Gubernur Mekah Abdul Majid bin Abdul Aziz pada 1420 Hijriyah.

Di halaman gedung dipenuhi kendaraan bus jemaah haji dari berbagai negara. Jemaah haji Indonesia terlihat paling banyak mengunjungi museum tersebut.

Mereka menyambangi destinasi bersejarah itu sebelum pulang ke Tanah Air bagi jemaah haji gelombang 1 dan sebelum bergerak ke Madinah bagi jemaah haji gelombang 2.

Jarak Masjidil Haram ke Museum Haramain sangat dekat, sekitar setengah jam naik kendaraan.

Museum Haramain ini terdiri dari tujuh ruangan. Sebelum masuk ruangan pengunjung disambut banner ucapan Selamat Datang dari berbagai bahasa di antaranya Merhaba, Welcome, Selamat Datang, dan sebagainya.

Ruangan paling depan adalah maket Masjidil Haram berikut areal perluasannya.  Di ruangan itu tampak model Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dari masa ke masa.

Setelah itu ada ruang Kabah yang berisi benda-benda yang berhubungan dengan Kabah seperti kain kiswah, pintu Kabah, kayu penyangga Kabah, dan tangga menuju pintu Kabah. Tangga ini dibuat pada 1240 Hijriah/1824 Masehi.

Yang tidak kalah menariknya adalah ruang manuskrip, yang berisi berbagai naskah dan manuskrip termasuk di dalamnya adalah naskah mushaf Alquran yang ditulis pada zaman Khalifah Utsman bin Affan. Selanjuntnya ada juga cover (casing) hajar aswad.

Ada pula ruangan yang mengeksplorasi sejarah air zamzam. Mulai sejak ditemukan, titik areal zamzam, timba air zam-zam hingga diproses modern. Timba air zam-zam dengan kerekan dan ember ini dibuat pada 1299 Hijriyah/1881 Masehi.

Seorang jemaah haji dari Serang, Banten (JKG 58) Riyana Hendra mengaku datang bersama rombongan satu kloter sebanyak 5 bus.

"Sangat penting bagi kami mengetahui sejarah dua masjid suci ini dan sebagainya. Allahu Akbar, mengagumkan," katanya di sela-sela kunjungannya ke Museum Haramain, Selasa (4/9).

Senada, jemaah haji asal Bogor, Jawa Barat (JKS 89) Andi Setia Gunawan mengaku takjub.

"Saya langsung takjub saat masuk di ruangan pertama museum yang diperlihatkan perkembangan Masjidil Haram dan Nabawi dari zaman ke zaman. Juga maket rencana perluasan Masjidil Haram ke depan. Hotel-hotel jemaah akan dibangun menempati kawasan eks pasar seng sekarang," jelasnya.

Selain itu, Andi juga berdecak kagum dengan pembuatan Mushaf Al Quran.

"Kita harus berterima kasih pada para sahabat Rasul yang  memiliki kekuatan ingatan dan kemampuan menuliskan dalam manuskrip hingga akhirnya bisa jadi Mushaf Al Quran," katanya.

Alhasil, kata dia, umat Islam bisa membaca kitab sucinya secara utuh sekarang ini.

"Dengan mengetahui sejarah Insya Allah kita tidak akan salah arah," pungkas jurnalis senior ini.

Kepala Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid mengatakan museum itu menunjukkan komitmen Raja Arab Saudi sebagai Khadimul Haramain (Penjaga 2 Kota Suci).

"Kita tahu bagaimana beliau merawat, menjaga dan terus mengembangkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi agar seluruh jemaah dapat terlayani dengan baik," kata Subhan yang bertindak sebagai fasilitator dan pemandu ke museum bagi jurnalis Media Center Haji 2018 ini. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya