Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Insya Allah, Kami Ingin Hidup Lebih Baik Lagi

Ade Alawi
27/8/2018 08:15
Insya Allah, Kami Ingin Hidup Lebih Baik Lagi
(MI/Ade Alawi)

UJIAN selama menunaikan ibadah haji, baik mental maupun fisik, menjadi sesuatu yang berharga bagi jemaah haji Indonesia. Perjalanan spiritual haji juga sangat berwarna.

Bahrun, 53, Jemaah Haji asal Palembang, Sumatra Selatan, mengaku tergetar hatinya saat melaksanakan tawaf wada (perpisahan). Alhasil, tetesan air mata tidak terbendung lagi.

"Saya ingat orangtua. Ingat dosa-dosa saya," katanya saat bersiap meninggalkan hotel Waf El hsan (1004), Misfalah, Mekah, Arab Saudi, Minggu (26/8) malam.

Bahrun adalah satu dari 6.026 yang mengikuti masa perpulangan jemaah haji menuju Tanah Air hari ini, Senin, (27/8).

Menurutnya, selama 41 hari di Kota Suci banyak pengalaman berbarga. Dia benar-benar memanfaatkan perjalanan spiritualnya untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik.

Semua rangkaian ibadah haji diikutinya, termasuk perjalanan yang sangat melelahkan dari Arafah, Mudzdalifah, dan Mina. Demikian pula perjalanan dari Mina ke Jamarat sepanjang 2,5 km bolak-balik menjadi 5 km berjalan kaki diikutinya.

Selain itu, dia juga mempelajari banyak karakteristik orang, bagaimana berprilaku dan bergaul dengan orang yang baru mereka kenal.

"Saya ingin hidup lebih baik lagi. Hidup berguna bagi orang lain," ujarnya.

Bagi Musrina, 43, asal Palembang pengalaman di Arafah tidak terlupakan. Terlebih adanya badai yang menghantam kawasan tersebut.

"Ya Allah, kita manusia ngak ada apa-apanya. Betapa kecil kita di mata Allah. Saya pasrah aja," ujarnya.

Dia pun bertekad ingin hidup lebih baik lagi dan berguna bagi orang lain.

Di tempat yang berbeda, Pipih Hopipah, 43, jemaah asal Jakarta (JKG 23) mengatakan haji adalah perjalanan yang luar biasa.

"Rasa lega tidak terkira, rasa syukur tidak terukur. Seperti baru meyelesaikan lari marathon saat tawaf ifadhah. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan tahapan ibadah dengan baik," ujarnya.

Pipih tidak ingin menyianyiakan sisa umur, terlebih setelah berhaji.

"Lebih sabar dan istiqamah," tandasnya.

Anggota Amirul Haj KH Masduki Baidowi memberikan dua kata kunci menuju kemabruran. 

Pertama, kata dia, mengambil prinsip bekerjalah secara profesional dari sisa hidup  di dunia. "Tetapi niatkan untuk investasi akhirat," kata Wakil Sekjen PBNU ini di Wisma Al Mabrur, Syisyah, Mekah, Minggu (26/8).

Kedua, lanjutnya, jadikan sisa hidup agar selalu bermanfaat untuk orang lain. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya