Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DRAMA prosesi ibadah haji yang penuh keharuan usai sudah. Kini, jemaah haji Indonesia tinggal menanti masa perpulangan yang akan dimulai pada Senin (27/8) atau 16 Dzulhijjah.
Tetes peluh dan air mata, energi yang terkuras, waktu yang ketat, dan sapuan badai di Arafah, dalam prosesi ibadah haji tentu tak terlupakan. Semua hal itu dilewati demi kesempurnan ibadah haji.
Bila rukun dan wajib haji terpenuhi, so pasti proses ibadah haji adalah sah. Tapi, mabrur kah? Tunggu dulu.
"Sah (berhaji) tapi belum tentu mabrur. Mabrur itu adalah nilai/efek positif setelah ibadah haji," kata Sekretaris Amirul Haj 1439 Hijriyah/2018 Masehi Mohammad Ishom Yusqi di Wisma Al Mabrur, Sabtu (25/8).
Kalau akhlaknya menjadi lebih baik, lanjutnya, memberi manfaat kepada yang lain, maka itu tandanya hajinya mabrur.
"Tapi, kalau sebaliknya maka hajinya tidak tidak diterima alias mardud," ungkap Guru Besar Tafsir Hadist yang juga Sekretaris Direktorat Jendral Pendidikan Islam ini.
Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saìfuddin mengatakan sembari mengutip Rasulullah SAW bahwa tanda-tanda haji mabrur adalah, pertama, memberi makan miskin dan kedua, menebar salam.
Menurutnya, memberi makan fakir miskin adalah simbol kepedulian, dan menebar salam adalah simbol kedamaian.
"Karena itu, bila ingin mendapat haji mabrur dengan balasan surga, maka wujudkan kepedulian sosial, dan tebarkan kedamaian di tengah masyarakat setelah kembali ke tanah air," kata Menag dalam sambutannya saat Wukuf di Arafah, Senin (20/8).
Senada, Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan haji mabrur adalah mereka yang memberi manfaat bagi sesama dan membantu pihak yang lemah, fakir miskin dan yatim piatu.
"Intinya setelah berhaji memberikan dampak positif bagi masyarakat," ujar politikus Partai Gerindra ini.
Namun, saat ditanyakan fenomena berhaji tak mendongkrak moralitas publik dengan masih tingginya kasus korupsi di tanah air, Fadli menjawab.
"Nggak ada hubungannya. Korupsi kan masalah struktural, itu terjadi karena pengawasan yang lemah," tuturnya.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Sadzily menegaskan seorang haji yang mabrur mampu melakukan transformasi dirinya menjadi pribadi yang berakhlak.
"Haji mabrur terlihat dari kesalehan sosial seseorang dalam berinteraksi dalam masyarakat. Seorang haji harus menunjukan keteladanan bagi masyarakat sekitarnya," ujar Politisi Partai Golkar itu.
Anggota Komisi VIII DPR RI KH Choirul Muna mengatakan banyaknya orang berhaji belum memberikan pengaruh di masyarakat karena hanya mengejar gengsi sosial.
"Masih banyak orang berhaji hanya untuk meningkatkan status sosial tidak diikuti peningkatan perilaku ibadah," ujarnya.(OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved