Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
AWALNYA, Romlah Binti Hamami, 62, berusaha kuat setelah longmarch dari Maktab (pemondokan) Nomor 54 Mina, Arab Saudi, menuju Jamarat untuk melontar jumrah aqabah bertepatan dengan 10 Dzulhijjah. Perjalanan sepanjang 2 km itu ditempuh hampir 2 jam dalam kondisi terpanggang sinar matahari dengan suhu 44 derajat celcius.
Namun, kekuatan Romlah perlahan limbung setelah sang suami tercinta, Ipit Hafidudin, 65, pingsan usai melempar jumrah aqabah. Kedua pasangan suami istri yang masuk kategori risti (resiko tinggi) ini memang selalu bersama dalam perjalanan yang melelahkan itu. Pasalnya, keduanya tertinggal dari rombongan karena usia jemaah asal Kabupaten Garut, Jawa Barat (JKS 78) lainnya lebih muda sehingga lebih gesit. Romlah terhuyung dengan wajah pusat pasi di depan toilet wanita menjelang terowongan Mina.
Petugas Mobile Crisis Rescue (MCR) yang tak jauh dari situ kemudian membaringkan Romlah di depan toilet wanita. Cara dua perawat Tim Gerak Cepat Kementerian Kesehatan, Aziz Syaifuddin dan Arsyad Arifin dan dr Ahmad Ali Mahfud dari Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (P3JH) cukup kreatif merawat Romlah. Cantelan infus diambil dari id card yang selanjutnya digantungkan di tempat yang ada tulisan WC bergambar perempuan. Terang saja aksi tiga petugas medis tersebut memancing perhatian jemaah lainya. Mereka mengerubungi Romlah yang sedang kepayahan dirawat.
"Ibu Romlah kelelahan. Seusia Ibu ini seharusnya tidak berjalan kaki sedemikian jauh. Apalagi terpapar sinar matahari terik," kata dr Ahmad Ali Mahfud di Jamarat pada Selasa (21/8) malam.
Romlah memang rencananya mau kembali lagi ke pemondokan di Mina dengan berjalan kaki. Namun staminanya keburu ambruk. Bila tidak ambruk, berarti siang itu Romlah berjalan kaki 4 km Mina-Jamarat (PP).
Menurut perawat Aziz Syaifuddin, bila dilihat dari gelang Romlah warna orange, dia jemaah yang mendapat perhatian khusus. Gelang ini diberikan petugas kesehatan sejak di embarkasi. Aziz mengatakan pihaknya mengucapkan terima kasih atas bantuan dari ambulans Arab Saudi yang berada di Jamarat dengan bantuan cairan infus. "Kita tinggal minta dikasih. Hari ini (kemarin) dapat 2 karton (1 karton 20 cairan infus)," kata Aziz.
Dari pukul 09.00 hingga pukul 17.00 WAS, pihaknya sudah menghabiskan 150 cairan infus karena banyaknya jemaah yang tumbang kelelahan, dehidrasi dan heatstroke (serangan panas). Satu jam diinfus, Romlah mulai pulih. Saat berjalan menuju toilet setelah dirawat, dia tidak limbung lagi.
"Saya ingin ke Maktab. Saya kepikiran suami saya. Bagaimana ya kabar si bapak? ," kata Romlah yang memang tidak memegang telepon seluler.
Suami Romlah, Ifit Hafidudin memang dievaluasi ke Pos Kesehatan Mina untuk menjalani perawatan di sana. Romlah tidak perduli bila harus berjalan kaki lagi sepanjang 2 km dari Jamarat-Mina karena kehabisan kursi roda. "Nggak apa-apa bismillah. Nyampe. Terima kasih kepada bapak-bapak petugas yang sudah menolong saya," ujarnya.
Saat Romlah diminta untuk bersabar menunggu giliran dapat kursi roda malam itu, dia tidak mau karena ingin segera bertemu sang suami. "Nggak apa-apa. Hayu (ayo, bahasa sunda)," tegasnya. Akhirnya, Romlah dikawal dua anggota Media Center Haji berjalan kaki ke Mina hingga sampai ke Maktabnya.
Sungguh perjalanan panjang nan melelahkan buat Ibu Romlah. Semoga lelah menjadi berkah. Insya Allah mabrur! (OL-7)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved