Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
JAKARTA- Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Our Ocean Conference (OOC) 2018 yang akan dihelat di Bali pada 29 dan 30 Oktober mendatang.
Penyelenggaran tersebut sejalan dengan komitmen Indonesia yang terus berupaya menjaga dan mengelola lautan secara berkelanjutan. Konferensi yang akan dihadiri seluruh pemangku kepentingan terkait mulai dari pemerintah, organisasi masyarakat, akademisi hingga pelaku usaha itu fokus pada pembentukan komitmen dan pengambilan tindakan
untuk kondisi laut yang berkelanjutan dan semakin baik di masa mendatang.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan salah satu komitmen yang akan disuarakan dalam gelaran OOC kelima nanti adalah terkait pengelolaan ekosistem
terumbu karang. Ekosistem tersebut, ucapnya, merupakan unsur penting yang dapat menopang kehidupan laut. Selain menjadi habitat bagi jutaan makhluk bawah air, terumbu karang juga dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata, tentunya dengan mengedepankan nilainilai yang tidak merusak lingkungan tersebut.
Ia pun tidak segan mengundang kepala pemerintahan serta menterimenteri terkait untuk turut serta dan memberikan kontribusi nyata dalam konferensi mendatang. “Saya mengundang para pemimpin dunia, kepala pemerintahan, menteri, pejabat, dan masyarakat sipil untuk berpartisipasi dan mengumumkan aksi. Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita dapat melakukan sesuatu untuk menyelamatkan lautan. Saya ingin melihat komitmen bersama untuk menjadikan laut ini sebagai warisan yang bisa kita semua banggakan,” ujar Susi awal bulan lalu.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia merupakan jalur kehidupan yang sangat penting bagi umat manusia. Melalui kerja sama yang kuat, semua pihak dapat mencapai citacita yang diinginkan yaitu meninggalkan warisan berupa kehidupan Samudera yang sehat dan berkelanjutan.
“Dengan fokus pada pendekatan ekologi dan ekonomi yang berkelanjutan, kita semua bisa membuat perbedaan dengan pilihan yang kita buat, tindakanyang kita ambil, dan warisan
yang kita tinggalkan karena itu adalah samudera kita, warisan kita.”
Enam Area Aksi
Secara rinci, OOC 2018 memiliki enam area aksi meliputi Marine Protected Areas, Climate Change, Sustainable Fisheries, Marine Pollution, Sustainable Blue Economy dan Maritime
Security. Aksi pertama yakni Marine Protected Areas (MPA) akan fokus pada upaya perlindungan lanskap dan keanekaragaman hayati.
Langkah tersebut akan membuat spesies-spesies ikan komersial dapat berkembang dengan baik sehingga pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan dapat dilakukan.
Hukum internasional mensyaratkan minimum 10% wilayah laut dan pesisir harus terlindungi secara efektif pada 2020. Namun, pada kenyataannya, saat ini, baru 4% wilayah laut dan
pesisir yang terlindungi.
Aksi kedua ialah Climate Change, yakni komitmen untuk menjaga iklim. Atmosfer dan lautan di Bumi telah mengalami perubahan drastis. Keduanya mengalami pemanasan dan terjadi perubahan komposisi lebih cepat. Hal ini berpengaruh pada naiknya permukaan laut, kondisi cuaca ekstrim, pengasaman laut, zona mati dan spesies invasif. Lautan di Planet Biru pun telah menyerap 90% dari kelebihan panas rumah kaca serta 30% CO2 yang dihasilkan manusia.
Itu mengubah pola produktivitas dan keanekaragaman hayati yang tentu saja membahayakan pasokan ikan dan makanan laut, yang pada akhirnya mengancam keamanan
pangan dunia. Poin ketiga ialah terkait Sustainable Fisheries atau Perikanan Berkelanjutan. Lebih dari satu miliar di negara-negara berkembang bergantung pada makanan laut sebagai sumber protein hewani utama. Tak pelak, makanan laut menjadi komoditas pangan terbesar yang diperdagangkan di dunia.
Hal itu jelas menjadi persoalan karena sumber daya laut tersebut terbatas. Di sisi lain jumlah penduduk dunia sebagai konsumen terus bertambah. Pencemaran dan degradasi
membuat populasi ikan di bawah tekanan. Ini mengancam berkelanjutan, keamanan pangan global dan seluruh ekosistem laut.
Maka dari itu, seluruh pihak di dunia diminta untuk dapat berkomitmen untuk bersamasama menjalankan kegiatan perikanan berkelanjutan. Aksi keempat ialah terkait Marine Pollution atau Polusi Laut. Tidak dipungkiri lagi, hampir setiap sudut lautan di dunia kini dipengaruhi oleh pencemaran. Hal itu jelas menimbulkan kerugian besar karena memengaruhi
keanekaragaman hayati di laut. Sampah plastik dan limbah perkotaan terakumulasi pada tingkat yang mengkhawatirkan. Di beberapa daerah, plastik mikro sudah melebihi jumlah
plankton hingga enam banding satu.
Mengatasi polusi laut merupakan tantangan yang ambisius, tetapi juga berbuntut pada peluang besar. Pengurangan limbah melalui peningkatan efisiensi dapat menjadi keunggulan sendiri bagi sebuah perusahaan. Pengolahan sampah dan daur ulang juga membuka pintu bagi model bisnis baru yang inovatif.
Poin selanjutnya ialah melaksanakan Sustainable Blue Economy atau Ekonomi Biru Berkelanjutan. Output dari ekonomi laut dunia diperkirakan sekitar €1,3 triliun dan
diproyeksikan akan meningkat dua kali lipat pada 2030. Data tersebut menandakan bahwa ekonomi biru dapat menjadi pendorong penting kemakmuran dan penciptaan lapangan kerja, tidak terkecuali di negaranegara berkembang dan berpenghasilan menengah di mana sektor kelautan telah mewakili bagian penting dari ekonomi secara keseluruhan.
Ada potensi besar yang belum dimanfaatkan seperti bidang akuakultur, energi terbarukan lepas pantai, bioteknologi biru, wisata pantai dan sumber daya mineral laut. Semua itu
memegang peluang besar untuk mendorong ekonomi biru dan mempromosikan pembangunan inklusif dengan menghasilkan peluang kerja baru.
Aksi yang terakhir ialah upaya untuk menjaga kemanan di laut. Ada begitu banyak aktivitas manusia terjadi di laut. Sebagai contoh, 90% perdagangan dunia didukung oleh transportasi maritim. Artinya, keselamatan dan keamanan di laut merupakan hal penting untuk kemakmuran dan perdamaian.
Tantangan keamanan maritim banyak ragamnya mulai dari polusi, bencana alam, migrasi yang tidak teratur, perdagangan gelap, pembajakan, penyelundupan dan konflik bersenjata.
Semua itu bersama-sama mengancam rantai pasokan global, kebebasan navigasi dan perdamaian dunia.
Tantangan keamanan maritim sering kali bersifat transnasional. Memastikan keamanan maritim adalah tugas yang terlalu besar untuk ditangani oleh satu negara saja. Maka dari itu tugas tersebut adalah tugas seluruh bangsa di dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved