Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
JAM menunjukkan pukul 03.00 waktu Arab Saudi (WAS). Lima belas menit kemudian saya tiba di salah satu halte bus nomor 7 Jurusan Syisyah 1-Syib Amir di kawasan Sysyah, Makkah, Arab Saudi, Rabu (8/8).
Tiba di halte bus, puluhan penumpang sudah mengantre. Hampir setengah jam menunggu bus salawat belum juga dapat.
Bus yang biasa mengantarkan jemaah dari pemondokan ke Masjidil Haram itu beberapa kali tidak berhenti, karena penumpang sudah penuh.
Bus yang ditunggu muncul dan berhenti di halte. Penumpang berebut naik bus. Jemaah banyak yang tidak kebagian tempat duduk. Akhirnya, mereka berdiri bergelantungan.
Sopir bus tampak bergegas melajukan kendaraan karena takut terjebak macet arah Masjidil Haram. Sopir yang berasal dari Sudan ini banting setir. Dia pindahkan jalur yang seharusnya memutar ambil penumpang, dia memotong kompas.
Menjelang terowongan Masjidil Haram kemacaten menyambut. Mobil bus tertahan sekitar 20 menit. Penumpang gelisah.
Begitu pun saat masuk terminal mobil tersendat karena lajur kendaraan tak beraturan antara bus salawat dan bus yang digunakan oleh jemaah asal Turki.
Beberapa saat setelah turun di Terminal Syib, azan subuh berkumandang. Jemaah haji mempercepat langkah mereka menuju masjid. Jemaah yang tidak ingin tergopoh-gopoh ke Masjidil Haram, akhirnya menggelar sajadah di jalan menuju masjid.
Sebagian besar jemaah merangsek. Tiga lantai penuh, kecuali bagian atap (roof top), lantai yang paling atas.
Jemaah yang sedang sa'i pun terhalang. Ruangan dalam Masjidil Haram terisi penuh. Mereka memburu subuh di masjid tersebut.
Seorang jemaah asal Surabaya, Jawa Timur, mengaku tak pernah absen salat subuh di Masjidil Haram.
"Subuh adalah waktu yang istimewa untuk salat. Terlebih di Masjidil Haram. Apalagi yang kita cari di sini kalau bukan beribadah," ungkapnya.
Menanggapi fenomena subuhan di Haram ini, Konsultan Ibadah Sektor 6 Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Makkah, Helmi Hidayat, mengamini bahwa salat di Haram lebih utama ketimbang salat di tempat lain.
"Salat di Masjidil Haram itu diganjar 100.000 kali lipat jika dibandingkan dengan salat di masjid-masjid lain. Iming-iming pahala yang berlipat-lipat inilah yang membuat banyak orang berburu salat subuh di Haram," ujar Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Dia mengapresiasi semangat ibadah jemaah tersebut.
"Oh bagus. Buat saya sah-sah saja orang berburu pahala, tapi ada hal yg lebih penting, yakni dampak salat bahwa salat mencegah perbuatan fahsya dan mungkar itulah yang harus terwujud. Faktanya, masih banyak orang salat tapi perilakunya seperti bukan orang salat," pungkasnya. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved