Aditya Gumay Tidak sekadar Mencetak Bintang

Rizky Noor Alam
04/8/2018 02:05
Aditya Gumay Tidak sekadar Mencetak Bintang
(MI/SUMARYANTO BRONTO )

SEJAK didirikan 32 tahun yang lalu oleh Aditya Gumay, Sanggar Ananda sudah banyak mencetak bintang-bintang muda yang berkarya melalui seni. Almarhum Olga Syahputra, Ruben Onsu, dan Okky Lukman ialah sejumlah sosok bintang yang lahir dari sanggar tersebut.

Di era 1994-1996 bisa dibilang puncak kejayaan sanggar tersebut. Di masa tersebut banyak penghargaan yang diraih Sanggar Ananda, tercatat enam Piala Vidia pada ajang Festival Sinetron Indonesia diraih mereka.

Dalam membangun sanggarnya, Aditya memiliki moto Build Confidence with Art atau membangun kepercayaan diri melalui seni. Moto itu yang diterapkan ke dirinya dan ribuan anak didiknya.

"Mereka banyak yang bermimpi bekerja di dunia entertainment, walaupun tidak semuanya terserap karena ada seleksi alam. Mereka yang mempunyai kemampuan dan bakat otomatis mendapatkannya," jelas Aditya.

Tidak hanya memberikan pelatihan seni peran. Ia pun menggratiskan pelatihan di sanggar bagi anak-anak yang berbakat, tapi memiliki keterbatasan finansial.

"Memang (gratis) untuk anak-anak yang tidak mampu membayar iuran dan sebenarnya iurannya tidak mahal juga," imbuhnya.

Tidak sebatas membebaskan biaya iuran. Aditya turut membantu menyekolahkan anak-anak itu.

Tanpa syarat
Tidak hanya itu, Aditya pun memiliki sebuah gerakan Mencintai Indonesia Tanpa Syarat (MITS). Ide MITS sendiri lahir saat dirinya mendapatkan tawaran mengadakan lawatan budaya ke Eropa oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Eropa.

Aditya beserta rombongan pada saat itu tampil di 9 kota di 4 negara. Dalam perjalanan lawatan budaya ke Jerman, Prancis, Swiss, dan Belanda itu, tercetus ide membuat liputan perjalanan dan dijadikan film.

"Film itu menyampaikan bagaimana anak-anak Indonesia yang ada di luar sana, baik pelajar Indonesia di luar negeri atau kita yang datang ke luar negeri melihat mungkin negaranya lebih makmur dan lebih tertib. Tapi, di negara kita sendiri yang masih banyak kekurangan harusnya kita tetap mencintai Indonesia tanpa syarat walaupun di negeri orang," jelasnya.

Selain MITS, Aditya juga memberikan pelatihan dan workshop di berbagai tempat secara gratis baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Misalnya, di Hong Kong ketika dirinya mengajar para tenaga kerja wanita (TKW), serta melakukan pemutaran-pemutaran film secara gratis di daerah terpencil dari Sabang sampai Merauke.

"Mereka ternyata memiliki perkumpulan penulis juga di antara ratusan ribu TKW. Mereka punya komunitas-komunitas TKW yang menulis dan saya mengajar di sana sekitar 6 kali dan sudah banyak yang menjadi penulis juga dan kembali ke Indonesia. Ada yang menjadi tim saya sebagai penulis skenario untuk berbagai program TV," kata Aditya.

Meskipun yang dikerjakannya dapat menjadi ladang uang yang menjanjikan, uang bukan tujuan bagi Aditya. Ia ingin membuat semacam permakaman seniman ketika para seniman bisa berkumpul dan penggemarnya dapat turut datang membantu, melihat, membersihkan, dan merawat.

Produser
Saat ini Aditya sibuk mempersiapkan Gerakan Produser 10 ribu. Masyarakat yang ingin ikut berkontribusi dapat menginvestasikan uangnya sebesar Rp10 ribu. Dana yang terkumpul rencananya digunakan membuat film yang keuntungannya akan digunakan untuk kegiatan sosial.

"Saya hanya minta masyarakat yang bergabung menginvestasikan uangnya Rp10 ribu, tidak boleh lebih yang hasilnya dapat untuk membiayai sebuah film dan hasil dari filmnya dapat digunakan untuk kegiatan sosial yang membantu orang. Jadi, masyarakat juga bisa ikut bergerak untuk membuat film yang menurut mereka ideal. Idenya sudah ada dan sedang dibuat sebuah izin-izinnya yang mesti diurus," tambah Aditya.

Aditya menginginkan agar para orangtua menganggap bakat seni anak-anaknya sebagai anugerah. Jika diasah kemampuannya bisa sama hebat dengan selembar ijazah.

"Banyak orangtua yang masih percaya bahwa sekolah adalah salah satu cara untuk bisa mendapatkan penghasilan. Tapi, menurut saya di atasnya adalah kepercayaan diri yang dimiliki oleh setiap orang ke level yang lebih tinggi bukan cuma selembar ijazah," tutupnya.

(M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya