Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
TURUN dari bus salawat rute nomor 7 jurusan Syisya-Syib Amir, Asyhari Arif, 71, terduduk lesu di depan pemondokannya, Hotel 111 Al Ghazi, Distrik Syisya, Mekah, Arab Saudi. Di sampingnya istri tercintanya, Jurmawati, 68, tampak terpukul.
Rupanya jemaah asak kloter 2 dari Padang, Sumatra Barat baru saja menjadi korban kriminalitas di kawasan Masjidil Haram, Selasa (31/7) malam bakda Maghrib.
Sialnya, pelakunya diduga WNI karena berbahasa Indonesia. Bahkan, dialeknya sama dengan kakek Asyhari.
Peristiwa bermula ketika dia berjalan dari dalam Masjidil Haram menuju toilet. Si pelaku menyapanya dengan ramah dan mengambilkan si kakek air zamzam.
Aksi dimulai di pintu toilet. "Pak, sini tasnya saya pegang. kan di dalamnya ada Al Quran," kata si pelaku.
Dengan polos si kakek menyerahkan tasnya ke si pelaku yang berumur sekitar 35 tahun itu.
Ternyata anak muda tadi ialah serigala berbulu domba.
Salat Isya berkumandang. Menjelang salat, si kakek memeriksanya tas. Ya Allah, dompet si kakek raib. KTP dan uang sebanyak 80 real (sekitar Rp320 ribu/kurs 1 real = Rp 4.000) lenyap digondol pelaku.
"Pelakunya berbahasa Minang dan Bahasa Indonesia. Pakai baju macam kalian ini," ujarnya kepada Tim Media Center Haji yang menemuinya di trototoar kawasan Syisya usai turun dari bus salawat.
Kepala Kantor Urusan Haji Daerah Kerja Mekah Endang Jumali mengaku sudah mengetahui kasus tersebut dari Seksi Perlindungan Jemaah Daker Mekah.
"Saya sudah sarankan agar Seksus (Sektor Khusus Masjidil Haram) melakukan silent operation (operasi senyap) untuk mengetahui pelaku yang menyamar dengan memakai baju petugas (petugas haji) tahun-tahun sebelumnya. Jemaah saya minta berhati-hati," kata Endang saat dihubungi Rabu (1/8). (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved