Headline

PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.  

Fokus

Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.

Harga Rokok Rp70 Ribu Hentikan Perokok

Putri Rosmalia Octaviyani
18/7/2018 08:24
Harga Rokok Rp70 Ribu Hentikan Perokok
(MI/Widjajadi)

HARGA rokok yang tinggi dapat menjadi cara paling ampuh untuk memaksa masyarakat berhenti merokok. Demikian hasil studi Komisi Nasional Pengendalian Tembakau dan Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 1.000 responden pada Mei lalu itu juga menyimpulkan, harga yang dianjurkan ialah Rp70 ribu per bungkus.

Anggota tim peneliti PKJS-UI Renny Nurhasanah mengatakan, responden penelitian tersebut terdiri atas 40,4% pe­rokok aktif, 50,1% responden nonperokok, dan 9,5% responden mantan perokok­. Prevalensi perokok pada responden laki-laki sebesar 60,67%, sedangkan responden perempuan 6,90%. Sebanyak 51,32% responden dengan tingkat pendidikan rendah dan 48,41% responden dengan tingkat pendidikan menengah ialah pe­rokok aktif.

Ia mengungkapkan, sebanyak 66% dari 404 responden perokok menyatakan akan berhenti membeli rokok apabila harga rokok naik menjadi Rp60 ribu per bungkus. Sementara itu, sebanyak 74% dari 404 responden perokok mengatakan akan berhenti merokok apabila harga rokok naik menjadi Rp70 ribu.

“Hal ini menunjukkan dukungan yang positif dari para perokok sendiri untuk menaikkan harga rokok secara signifikan bila dibandingkan dengan harga rokok sekarang, yaitu rata-rata Rp17 ribu per bungkus,” ujar Renny, kemarin.

Dari penelitian itu juga diketahui, prevalensi perokok aktif pada responden dengan penghasilan keluarga kurang dari Rp2,9 juta sebesar 44,61% dan berpenghasilan antara Rp3 juta hingga Rp6,9 juta ialah 41,88%. Angka itu lebih tinggi bila dibandingkan dengan res­ponden dari keluarga berpenghasilan lebih dari Rp7 juta yang prevalensinya sebesar 30,91%.

Di Indonesia, sebagian besar perokok atau 57,9% menghabiskan satu hingga dua bungkus rokok per hari dengan rata-rata belanja rokok Rp24.261. Oleh karena itu, menurut Renny, tidak mengherankan­ jika Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa rokok menyumbang kemiskinan.

Temuan kajian PKJS UI sebelumnya juga membuktikan bahwa keluarga perokok meningkatkan prevalensi stunting (kerdil) dan tingkat inteligensia yang rendah pada anak mereka. Hal tersebut mengancam rencana pemerintah untuk menghasilkan Generasi Emas 2045. (Pro/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya