Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Rekor Streaming Piala Dunia Dorong Adopsi Kecerdasan Konektivitas Baru

Syarief Oebaidillah
03/7/2018 21:55
Rekor Streaming Piala Dunia Dorong Adopsi Kecerdasan Konektivitas Baru
(Ist)

MERUJUK data Conviva sebuah perusahaan Analisa Data bahwa Piala Dunia tahun ini di Rusia telah memecahkan rekor pemirsa streaming dengan 7,7 juta pemirsa dari Asia, Eropa ,dan Amerika Utara.

Rekor ini dipecahkan dalam pertandingan antara Argentina dan Islandia. Sebagai perbandingan, Piala Dunia 2014 tertinggi penonton live streaming hanya 3,2 juta penonton, dan Piala Dunia 2010 hanya 1,5 juta.

Kegiatan musiman seperti Piala Dunia dan Lebaran dinilai membutuhkan penyediaan layanan konektivitas yang dinamis dan berkinerja tinggi yang dapat ditingkatkan sewaktu-waktu. Seringkali penyedia layanan telekomunikasi kesulitan untuk memberikan pelayanan musiman pada saat dibutuhkan.

Untuk mengatasi tantangan ini dan juga tantangan perkembangan kebutuhan telekomunikasi terkini, pada 26-27 Juni 2018 lalu, lebih dari 450 penyedia layanan telekomunikasi dari 45 negara yang tergabung dalam Global Carrier Community (GCC) berkumpul di Intercontinental Hotel, Singapura.

"Kebutuhan konektivitas saat ini membutuhkan layanan cerdas yang mensinergikan kebutuhan aplikasi dan kemampuan infrastuktur secara terintegrasi," kata CEO Esri Indonesia, Dr A Istamar, salah satu panelis utama dalam forum tersebut dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (3/7).

Menurut Istamar, kini bukan saatnya lagi penyedia infrastruktur hanya memberikan layanan jaringan dan perangkat saja, tetapi juga harus memiliki kemampuan mengintegrasikan dinamika kebutuhan aplikasi dengan kebutuhan layanan konektivitas secara otomatis.

Menurut data, di Indonesia, terjadi juga lonjakan penggunaan jaringan telekomunikasi pada saat Lebaran. Indosat Ooredoo mencatat peningkatan traffic tertinggi pada puncak arus mudik H-3 Lebaran naik 49,70% jika dibandingkan dengan pada hari biasa. Hal itu sejalan dengan tren penggunaan media sosial (medsos) yang semakin meningkat, baik sebagai hiburan maupun untuk berkomunikasi dengan kerabat.

"Teknologi yang dibutuhkan adalah Software Defined Network (SDN) yang memiliki kemampuan kecerdasan integrasi secara dinamis antara aplikasi dan jaringan infrastruktur," cetus Istamar.

Dengan kecerdasan ini, sebagai contoh aplikasi streaming dapat dengan sendirinya meningkatkan kapasitas jaringan dan secara cerdas memprioritaskan video streaming jika dibandingkan dengan lalu lintas data lainnya.

Istamar mengutarakan apabila dibutuhkan penambahan peladen, dengan sendirinya pengendali cerdas akan menciptakan peladen-peladen tambahan sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan. Apabila peladen utama mengalami gangguan, pengendali cerdas akan menciptakan peladen cadangan yang identik dengan peladen utama sehingga layanan tidak terhenti. Teknologi SDN memungkinkan proses ini dapat dilakukan secara transparan tanpa intervensi manual pengguna dan penyedia jasa (operator).

Hadir pula sebagai panelis dalam forum Peering Advisor dari London Internet Exchange, Vice President British Telecom dan Chief Commercial Officer Epsilon. Disampaikan oleh para panelis bahwa tantangan dalam adopsi teknologi baru di konektifitas ialah interoperabilitas antarperangkat dan peningkatan keamanan.

Merespons ini, Istamar mengatakan bahwa concern tersebut benar, tetapi yang sering dilupakan ialah kemampuan operator jaringan dalam mendorong terciptanya aplikasi akhir yang akan digunakan pelanggan.

"Untuk dapat bersaing, operator harus bertransisi menjadi penyedia layanan inovatif yang merupakan penggabungan infrastruktur, jasa dan aplikasi secara terintegrasi," paparnya.

Dalam forum yang dibuka oleh Vice President Singtel ini, panelis dari Indonesia lainnya Agus Laksono, Digital Service Telkom, mengemukakan tren bisnis model yang senada bahwa arah pengembangan jasa telekomunikasi ke depan tidak lagi berfokus pada infrastruktur saja, namun pada sinergi dengan aplikasi, informasi, dan konten.

"Karena segmentasi pelanggan yang lebih luas, maka sistem pengelolaan big data berbasis geografis penting dalam model bisnis baru ini, dalam peningkatan akurasi pelayanan yang lebih cepat dan tepat," ujar Agus.

Forum yang digelar oleh Global Carrier Community ini, yang memiliki lebih dari 600 anggota dari 45 negara yang terdiri atas operator Telepon, Data, SMS, ellular, OTT, VAS, Kabel, Satelit, Pusat Data, dan penyedia telekomunikasi lainnya. (RO/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya