Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Tangkal Radikalisme, Kampus Harus Kritis

Dhika Kusuma Winata
27/6/2018 18:37
Tangkal Radikalisme, Kampus Harus Kritis
(Ilustrasi)

WARGA kampus dipandang perlu mengedepankan sikap kritisis dan dialog dalam menangkal radikalisme. Dosen dan mahasiswa sebagai kaum terpelajar sepatutnya menjunjung tinggi nilai-nilai akademis yang bertumpu pada argumentasi, bukan pemahaman yang tertutup.

Menristek Dikti M Nasir baru-baru ini mengumpulkan para rektor universitas di Tanah Air dalam kaitannya menangkal radikalisme. Dosen dan mahasiswa yang diduga terpapar radikalisme bakal dibina.

Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Saiful Umam, menyatakan keseriusan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti) dan rektor universitas dalam menangani isu radikalisme di perguruan tinggi patut diapresiasi.

"Sebagian besar pimpinan perguruan tinggi sekarang sudah menyadari akan adanya radikalisme di kampus. Menristek pun sudah menekan para rektor untuk melakukan langkah-langkah dalam menangani radikalisme. Apakah itu betul-betul akan efektif, itu yang masih menyisakan tanya," kata Saiful kepada Media Indonesia, Rabu (27/6).

Berdasarkan hasil survei PPIM UIN yang dirilis November tahun lalu, diketahui sekitar 37% pelajar dan mahasiswa setuju mengenai konsep jihad berperang melawan nonmuslim.

Kendati demikian, masih dalam survei yang sama, sekitar 85% pelajar dan mahasiswa juga meyakini demokrasi sebagai sistem terbaik bagi negeri ini.

"Ini gambaran keterbelahan sikap di kalangan generasi muda yang belum betul-betul paham tentang konsekuensi opini mereka. Di satu sisi mendukung NKRI dan Pancasila, tapi di sisi lain juga mendukung penerapan Syariah misalnya," jelasnya.

Meski kalangan pelajar dan mahasiswa yang beropini mengenai jihad kekerasan tidak mayoritas, lanjut Saiful, temuan itu tetap perlu diperhatikan serius. Karena itu, menurutnya, kalangan dosen dan mahasiswa perlu mengedepankan ruang dialog dan sikap kritis terhadap pemahaman atau isme-isme yang berkembang. Sivitas kampus tidak boleh menelan mentah-mentah doktrin yang masuk.

"Kritisisme diperlukan. Masih ada peluang untuk memperbaiki kondisi generasi muda kita dari radikalisme. Tantangannya adalah bagaimana menyusun program yang tepat mengurangi radikalisme tapi menarik bagi generasi muda," pungkasnya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anata
Berita Lainnya