Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
UMBUL, sebuah permainan yang sangat terkenal pada periode 1940-an hingga 1980-an. Namun, sekarang sudah tidak ada lagi. Dengan menggunakan kertas bergambar yang dibatasi dengan kotak-kotak kecil, begitulah umbul dimainkan.
Hampir setiap anak lelaki di Nusantara ini mengenalnya, meski dengan berbagai sebutan yang berbeda untuk daerah masing-masing.
Buku ini dibuat untuk memperkaya bacaan mengenai salah satu permainan tradisional Indonesia. Gambar umbul secara kasat mata penampilannya sangat menarik perhatian anak-anak karena tampil dengan warna-warni, meskipun hanya warna dasar, merah, kuning, dan biru (ada juga warna oplosan yang sering digunakan produsen umbul murni).
Secara visual, umbul juga memuat sebuah cerita yang mungkin belum pernah diketahuinya, atau menampilkan tokoh-tokoh yang diidolakan (umbul seri lakon) dan tokoh-tokoh asing yang baru saja dilihatnya.
Bagi anak-anak yang tinggal di perdesaan ialah sebuah hal menyenangkan bisa mengetahui sebuah tokoh dengan cerita yang baru diketahuinya.
Proses perekaman memori ternyata diperlukan juga bagi pelukis atau pekerja yang menciptakan umbul di masa-masa akan datang (terhitung sejak awal tahun 1930-an). Kenapa di masa yang akan datang? Karena amat mungkin umbul pertama yang muncul ialah seri wayang yang tidak memerlukan proses ingatan yang rumit.
Gambar-gambar wayang yang dicetak pada umbul mengambil dari media lain yang sudah ada sebelumnya. Bisa berasal dari kartu rokok atau buku-buku pedalangan atau majalah. Meskipun ada juga yang digambarkan ulang-- akan kelihatan kurang rapi penggambarannya.
Untuk pelukis umbul di masa akhir tahun 1960-an, memerlukan daya ingat untuk menciptakan seri umbul baru. Sebab, bahan baku idenya banyak berasal dari film-film barat yang mulai menyerbu di Tanah Air. Film yang berdurasi minimal 1 jam dirangkul menjadi beberapa kotak.
Sementara itu, bahan yang diambil dari komik, hanya sebagian kecil yang dipergunakan sebagai sumber ide. Pelukis umbul akan mereka ulang komik-komik terkenal pada masa itu dalam selembar umbul. Akhir 1980-an pelukis umbul ada yang menjiplak komik-komik silat yang kurang terkenal komikusnya.
Berdasarkan semua umbul yang pernah dicetak, umbul hanya dibagi menjadi dua golongan besar, yakni seri lakon dan cerita. Seri lakon dalam setiap kotak paling didominasi hanya berisi 1 tokoh saja (dalam perkembangannya ada yang lebih dari satu tokoh), sedangkan dalam kotak narasi berisi nama tokoh yang digambarkan, karya legendaris Phing An seri Kelompok Lakon 2 seri A-H yang mungkin mulai pertama kali tidak memerlukan kotak narasi untuk menuliskan nama-nama tokohnya.
Ketiga
Buku Gambar Oemboel Tjerita merupakan buku ketiga yang diterbitkan Penggemar Toelen Gambar Oemboel (PTGO), Penerbit Gareng dan Pemahaman Oemboel setelah Gambar Oemboel Indonesia (2010) dan Gambar Oemboel Wajang (2015).
Buku itu direncanakan terbit lima tahunan, tapi bisa diselesaikan dalam waktu tiga tahun. Membahas umbul setelah dianalisis dan dipahami lebih saksama, ternyata tidak bisa jauh dari salah satu konsep pendidikan yang pernah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, yakni niteni, nirokke, dan nambahi, atau 3N.
Niteni adalah memperhatikan. Berbeda dengan melihat. Memperhatikan tampak lebih serius. Nirokke yaitu menirukan. Nambahi berarti memberi tambahan agar berbeda dari apa yang sudah ada.
Dalam penulisan buku setebal 294 halaman yang dibagi dalam 18 bab, konteks pembahasan tentunya tak bisa lepas dari sumber data yang berserakan di internet. Sumber datanya juga sudah tercantum dalam daftar pustaka dan tulisan.
Boleh jadi buku ini merupakan sebuah rangkuman informasi yang sifatnya mirip atau sejenis atau ada kaitannya dengan data yang berasal dari berbagai sumber (offline atau online).
Dengan mengutip pertanyaan di sejumlah jejaring media sosial, diketahui juga bahwa umbul seri lakon meerupakan seri umbul paling digemari dan dicari kolektor. Umbul seri lakon dibuat oleh pelukis umbul dengan mengadopsi ide desain dari umbul seri tokoh-tokoh wayang.
Sementara itu, umbul seri wayang cetakan akhir 1920-an selalu menampilkan secara utuh bentuk tokohnya. Belum pernah menemukan yang hanya menampakkan bagian wajahnya saja.
Semua yang ada dan ditemukan coba dibahas serta dipaparkan secara maksimal. Buku ini memang lebih tebal dari dua buku sebelumnya (Gambar Oemboel Indonesia dan Gambar Oemboel Wayang) karena banyak materi foto yang mencapai 1.200 buah ditampilkan.
Selain untuk menambah wawasan, kehadiran buku ini juga menjadi barometer dan petunjuk untuk menemukan seri umbul yang pernah ada dari 1972 ke bawah. Setidaknya, nostalgia bisa dirasakan melalui upaya yang dilakukan penulis Ibnu "Benu" Wibi Winarko.
Silakan menikmati dan berselancar ke masa lalu. Mundur puluhan tahun ketika kala itu hanya ada senang dan bahagia. Bahkan, ada umbul yang belum pernah dilihat waktu masa kecil karena memang mempunyai masa edar sebelum masa perang kemerdekaan.
Judul : Gambar Oemboel Tjerita
Penulis : Ibnu "Benu" Wibi Winarko
Penerbit: Oemah Oemboel
Terbit : Mei 2018
Tebal : 294 halaman
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved