Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Dalam 10 Tahun 40% Mata Air Hilang

Putri Rosmalia Octaviyani
22/3/2018 23:10
Dalam 10 Tahun 40% Mata Air Hilang
(MI/M Taufan SP Bustan)

SELAMA 10 tahun terakhir sekitar 20% sampai 40% mata air di Indonesia mengering dan hilang karena degradasi daerah tangkapan air. Diperlukan upaya masif untuk mengembalikan air ke dalam tanah dan konservasi di daerah tangkapan air.

"Perlu konservasi seperti penanaman pohon dan upaya pengembalian air ke tanah di daerah hulu untuk mengembalikan debit mata air yang mulai menurun," kata Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Yuliarto Joko Putranto di Jakarta, kemarin.

Pada Lokakarya Nasional Konservasi Air Tanah melalui Sumur Resapan itu ia mengungkapkan, inventarisasi terakhir jumlah mata air di Indonesia tercatat 10.321. Namun, laju hilangnya mata air mencapai 20% sampai 40% dalam kurun waktu 10 tahun.

"Penelitian tentang mata air di daerah Solo (Jawa Tengah), mengungkap hilangnya mata air mencapai 40% selama kurun waktu 10 tahun terakhir," katanya.

Menurut dia, program meningkatkan cadangan air tanah melalui penanaman pohon dan sumur resapan harus terus digalakkan dan perintah daerah (pemda) harus berani membuat peraturan daerah (perda) untuk melindungi cadangan air tanah. "Kita sudah buat penelitian tentang 15 jenis tanaman yang efektif memperbaiki daerah tangkapan air," katanya.

Yuliarto juga mengungkapkan saat ini telah terbangun sekitar 11 ribu sumur resapan, tetapi jumlah itu sangat kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan untuk menyelamatkan cadangan air tanah. Program meningkatkan cadangan air tanah itu sebagian bagian dari upaya untuk menyelamatkan kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang sudah kritis.

Harus masif
Pembuatan sumur resapan dinilai sebagai solusi praktis yang berdampak maksimal, terutama untuk menjaga ketersediaan air baku di musim kemarau dan mencegah banjir di pada musim hujan. Namun, agar memperoleh hasil maksinal, sumur resapan harus dibuat secara masif. Pemda ialah yang paling berperan dalam pembuatan sumur resapan di permukiman penduduk.

"Pembangunan sumur resapan harus dilakukan secara masif untuk mengembalikan cadangan kualitas dan kuantitas air tanah. Ini konsep yang mudah dan murah," kata peneliti air baku Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua (USAID IUWASH PLUS) Asep Mulyana.

Sementara itu, Direktur Perkotaan Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Tri Dewi mengatakan, ketersediaan air bersih di Indonesia hingga saat ini baru 72,04% dari kebutuhan. Pertumbuhan peningkatannya setiap tahun rata-rata hanya sekitar 1%.

"Memang di Indonesia masih terjadi ketimpangan ketersediaan air di musim hujan dan kemarau. Itu soal tata kelola air tanah yang harus terus diperbaiki," katanya.

Di sisi lain, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai krisis air untuk kebutuhan rakyat terjadi karena dampak monopoli, privatisasi, dan pengerukan ekosistem air pengusaha air maupun untuk aktivitas industri. (Ant/H-1)

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya